nya sesak, meski hatinya perih dan meski airmatanya harus sekuat tenaga dia tahan agar tidak jatuh, dia tetap memberikan pelayanan
sedikit menjauhkan dirinya dari tubuh Adnan yang sedetik lalu baru saja meraih pelepasan. Nafas mereka berdua masih membur
an mengingatkan lelaki itu pada sebuah fakta yang bahkan sampai saat ini masih suli
jika telah banyak lelaki yang telah menjamah tubuh perempuan itu, nyatanya dia tidak merasa jijik saat Renata menyentuhnya. Malah ada rasa ib
a kembali diingatkan dengan tujuan awalnya mencari Renata, yaitu membalas se
n langsung mengenaka
Pakai lagi bajumu," pe
ak, kemudian turun juga dari tempat tidur dan memungut bat
ku sudah selesai denganmu, kamu
tak pernah membiarkannya pergi setelah mereka melakukan hubungan badan. Para lelaki itu akan meminta Rena
kan? bermalam di sini denganku?" Adnan balik be
idur di ranjang yang sama denganku." Adnan menyela
kini Adnan tancapkan ke dadanya. Benar-benar terasa sakit dan menyes
an sambil berlalu menuju kamar
datang. Tatapan tajam Adnan langsung menyambut, membuat Renata tak kuasa untuk mengangkat waj
tanya Renata sekali lagi, masih
menjawab deng
. Diraihnya tas tangan yang sebelumnya di
Adnan saat Renata h
ke arah lelaki itu de
tip jika kamu bisa memuaskanku," uja
iasa. Kelihatannya kamu sudah sangat berpeng
melemparnya ke arah Renata hingga lembaran berwarna merah itu pun be
senyum miring. Sekilas kalimat yang diucapkannya terdengar sep
dnan dengan tatapan yang tak dapat dijabarkan dengan kata-kata. Rasa
idak. Dia tidak berhak berpikir tentang harga diri karena memang sudah tak memilikinya sejak lam
satu persatu lembaran uang merah yang dilempar oleh Adnan
Renata sambil kembali tersenyum. Setetes airmata jatuh be
dari Adnan, kemudian keluar dari kamar tersebut, sebuah kam
ng sejak tadi dia tahan. Perempuan itu menangis dengan sangat memilukan di ping
nasibnya yang begitu malang. Dan dari semua hal buruk yang dia alami,
rjadi di masa lalu. Adnan tak pernah tahu jika Renata melak
aik-baik saja meski kehilangan dirinya. Lelaki itu akan bertemu dengan per
an. Renata senang karena sepertinya sekarang Adnan telah hidu
mbaca pesan tersebut, segera dia menyeka sisa-sisa airmatanya, lalu beranjak.
sebuah gang dengan berjalan kaki. Tak lama kemudian, sampailah dia di se
empuan itu mengenakan baju dan celana panjang serta telah menghapus make-upnya. Dia kemudian kembali menaiki
aga di pintu masuk tetap memperbolehkannya lewat. Tampaknya sosok Renata sudah dikenal oleh mereka semua sampai diberikan akses yang ti
n tersebut. Sesosok bocah perempuan berwajah pucat tampak terbaring di brankar rumah sakit dengan selang infus ter