ocah perempuan yang tengah terbaring di atasnya. Di saat yang ber
setengah bertanya. Dia terlihat agak tak
uk di dekat brankar bocah perempuan tersebut. Tangan Renata terulur membel
m meskipun wajahnya masih men
, Mama membuat Ara terban
panggil Ara i
nyumnya kembali mengembang, jauh lebih lebar daripada sebelumnya. Te
tu sangat cantik, persis Renata saat masih kecil dulu. Namun sayang, tubuhnya begitu ringkih seolah dia akan cedera meski hanya disentuh
aan pahit yang meremuk-redamkan perasaannya. Putri semata wayangnya yang kala itu baru berusia lima t
tin dibawa berobat ke rumah sakit. Tiara juga tetap bersekolah seperti anak-anak lain seusianya. Namun setahun belakangan, penyaki
lau malam ini Mama harus bekerja sampai besok?" Pertanyaan
di bos Mama tiba-tiba mengizinkan Mama pul
ma harus bekerja sampai pagi, Mama baru benar-
perintah dari bosnya untuk bekerja sampai pagi. Dan Tiara akan dititipkan pada seorang pengasuh ya
Renata sembari kembali mengulas senyuman, be
mbuh besar, semakin khawatir pula Renata dibuatnya. Dia takut saat namti Tiara menjadi lebi
rempuan paruh baya yang kini sedang tertidur dengan lelap di atas sebuah brankar kosong yang ada di ruangan itu. Saking lela
sih belum tidur, kok. Bu Anin masih u
menjadi pengasuh Tiara. Perempuan itu memang sangat menyayangi Tiara seperti layaknya menyayan
an. Ara tidak nakal sama Bu A
ngsung m
ah Bu Anin bilang kalau A
a ter
emang pintar," ujar Renata sambil k
ta membenahi posisi berbaring putri
tak mau memejamkan matanya kembali. Ekspresi
t menyadari raut wajah Tia
berbaringnya. Bocah itu tampak menatap Renata denga
ul Papa, kan?" Tiba-tiba Tiara berta
agak membeliak mendengar
kembali, bisa pergi ke sekolah seperti sebelumnya. Ara juga bisa bermain lagi bersama teman-teman Ara." Renata menjawa
s melanjutkan hidup meskipun kepedihan terus saja dia rasakan. Jika dirinya harus kehilangan Ti
." Tiba-tiba saja
etiap kali Tiara mesti dilarikan ke rumah sakit, rasa takut itu terus menghantui Renata. Dia
a untuk bekerja. Mama janji akan lebih sering menemani Ara," ujar Renata lembut sambil m
mengajak Ara pergi," gumam Tiara kemud
lukannya dan memandang wajah Tiar
buat ikut. Ara takut, Ma. Ara tidak mau ikut Papa. Papa jahat, Papa suka muku
pelukannya. Hatinya terasa begitu peri
akan membiarkan Ara pergi dari Mama. Papa tidak
masih terisak di pelukan Renat
Mama. Apapun, Sayang." Renata kembali menambahkan. Kali ini d
api bisa Renata rasakan jika putr
nya bersama Tiara akan menjadi jauh lebih baik. Dia tak menyangka, bahkan di saa
ta masih saja datang menakuti Tiara meski hanya di dalam mimpi, seakan tak