kamu antar makanan segala ke kantorku?" uca
Randi. " Ayu tertunduk seraya mengusap pergelangan tangan, ada je
mana wajahku. Teman sekantor harus mengetahui istri seorang Manager berjualan makanan. Ditambah la
aluk
g juga enggak mau kasih tambahan lagi.
ak usah pakai
alau tiba-tiba Randi Buang air semb
lu memilih pergi. Dengan setengah berlari wanita itu mengambil motornya di parkiran kantor. Sedang, aku masi
pnya mengulurkan tangan
an wanita itu mengelus tangan kanannya. Kala itu dia hanya diam, hingga akhirnya memilih
m pertanyaan. Bagaimana bisa istri seorang Manager be
a nanti! Tunggu aku pulang, b
ang sepertinya tengah tertidur akhirnya menangis, mungkin terkejut karena ulahku. Tak lama setelah itu, sosok Ayu muncul dengan Randi dalam gendongannya. Dia men
anan sampai mengantarnya sendir
lagi sepi, makanya Adek coba bikin makanan lain, maaf enggak i
gku engg
itu ASI Adek enggak keluar lagi, Adek kan sudah pernah bilang, harus beli susu formu
rapa harga
hari, Bang," jawabnya sembari memalingkan seperti mati-m
ngis. Pantas saja rumah i
g 100 ribuan, saat uang itu telah berpindah ke tangannya raut wa
sisanya kamu masih ada unt
mbali meneruskan langkahnya menuju dapur. Sepertinya hendak mengambilkan segelas air putih hangat, untukku.
a sampai tak
enggak jualan lagi. Abang t
saja enggak ada." Kembali kubanting tas kerja itu
, kemudian dia akan menangis di ruang salat setelah anak-anak tidur. Tak pernah sekali
nggu aku memilih untuk lari pag
teriak seora
u, Tiara adalah staf di kantor dia
ng yu
pa rasanya hatiku berdebar-debar
an dengan daster kumalnya dan aroma masakkan yang tak enak di cium. Terlalu sibuk memikirkan Ayu, b
Tiara terlihat
jatuh dengan konyol. Setelah berlari cukup lama, lelah juga ternyata akhirnya kami pergi mencari sarapan di sebuah kedai makan. Aku tahu ini salah, tetapi
an dulu
ar." Aku pun berlalu men
Ayu saat aku sudah bersia
lihat kamu. Apa enggak bisa kamu paka
ucapnya samb
ikannya yang kini tengah sibuk dengan anak-anak, apalagi kudengar Randi menangis. Hari ini aku
ang cantik, rambutnya hitam panjang dan lurus hanya saja dia tak pandai menjaga penampilan. Rambutnya yang indah hanya diikat dan digulung ke atas. Kulitnya pun terlihat kusam. Laki-laki mana yang bet
isan token listrik. Hal itu membuatku kesal dan akhirnya melampiaskan emosi pada Ayu. Entah ke mana larinya uang yang kuberikan
malu
aja semenjak ada Tiara, rasanya dia tak lagi menggairahkan. Sejak itu juga kadang aku lebih sering tidur di depan televisi karna tak ingin ketahuan saat berbalas pesan dengan Tiara. Ayu begitu naif. Tidak pernah menaruh curiga. Mungkin dia berpik
ikasih uang tapi token aja enggak kebeli, dasteran mulu, mana bau bawang bikin mual. Sekalinya harum malah b
o call, tadi sih Mas enggak ajak aku meeting sama klien seharian, jadi kesepian." Aku menyebut Ayu si kum
ih mondar-mandir, bikin p
he. Aku masih terbatuk karenanya. Hingga tiba-tiba terdengar suara benda kaca yang jatuh di belakangku. Aku yang tengah tiduran di sofa refleks membalikkan badan sejurus kemudian tampak di l