ji ya jan
gkok di hadapan Ayu, sembari
alahan?" tanya Ayu sejurus kemudi
amping Abang
at aku berani jujur mengatakan yang sebenarnya meskipun aku tahu itu akan sangat menyakiti hatinya. A
i depanku membenarkan kalau a
atas, dia berusaha menahan
irrullah
ar, sungguh itu membuat hati ini bagai tersayat mendeng
aksi atas nama Tuhan, aku percaya Bang, tapi kenapa hari in
bisa di gerakkan saat lagi-l
h aku waktu untuk mence
at dudukku, entah apa yang har
n kami jadi kikuk tak ada perbincangan apa pun hingga keesokan hari Tiara tak mengatakan apa pun, aku pikir tidak ada yang terjadi di antara kami, dia terlihat bersikap biasa seolah tidak terjadi hal yang besar. Beruntung Ayu tak menolak ajakkanku untuk mengantarnya periksa kehamilan kali ini kuajak dia periksa di rumah sakit setahuku di sana ada Dokter Spesialis Kandung
Ayu masuk, ketika pintu dibuka terlihat
ipisahin, tuh Ayah kamu susul kita ke sini Dek," ucap Ti
ketemu Ti
diam dia berlalu masuk k
an Ayahnya," ucapnya sambil berusaha meraih lenganku, refleks aku langsun
in aja, aku tunggu di
kar jaket dengan orang lain sekaligus membeli jaket itu seharga 300 ribu, tak apalah yang penting aku bisa selamat dari Tiara. Benar saja saat aku berjalan di depannya dia tidak mengenaliku. Aku segera kembali ke ruangan tempat Ayu diperiksa, ketika aku membuka pintu, Ayu dan dokter kandungan itu tampak sangat akrab. Setahuku Ayu tipe orang yang
kku," ucap Ayu mengenalkan Dokter pe
ya Maura saya sampai
pa Pak," u
Ra, dia kan kakak
lau ada waktu jangan
engerti apa
kami pamit ya
amitan Maura kemb
brol sama Maura, k
u ingin tahu tentang hal ini padanya, tak biasanya aku begitu, tetapi kenapa senang seka