." Kuusap pelan pu
an,
cantik, na
Adel,
skan aja gak apa apa! Ibunya jangan lupa
an ibunya, lalu memberikan ibunya sepoto
am pun akhirnya
ata ini. Cepat-cepat kubalikkan badan, menghadap
eingatku di sini ada perkampungan, aku akan ke a
da banyak orang, karena di sampingnya ada warung. Beruntunglah Al
ku teringat Ayu, kuantarkan mereka masuk ke rumah besar itu, seorang wanita tua menyambut dari dalam, rupanya dia neneknya Ilham Lantas aku menjelaskan kalau mereka kutemukan di jalanan. Sekarang ibunya Ilham tengah duduk di kursi. Dia melamun lagi sembari, memainkan ujung rambutnya yang kini telah diikat dengan rapi. Sesekali dia terseny
ni main
m bisa?"
a do
ha aku menang Del, yes!" Ilham tampak senang sekali apalag
an Adel tak berhenti menertawakanku, padahal aku hanya pura-pura kalah, tapi anak-anak keci
ku pengen Om kayak Andre, balapan sepeda sama Ayahnya, tapi Ayahku gak pernah pula
ak tahan, terus terbayang wajah Ayu, entah kenapa mendadak b
liburan pada mereka dan kuselipkan 5 lembar uang merah ke tangan Ilham, dia men
gan ibu mereka, Ayu maafkan Abang, kamu harus kuat Yu demi a
kurkah aku merasa lega sekali, setidaknya dia baik-baik
k di samping Ayu yang tengah berzikir. Ayu hanya diam, enggan menjawab pertanyaanku, tapi d
kita, Abang udah gagal jadi suami dan ayah yang baik buat anak-anak kita, Abang terlalu mengikuti nafsu buat pun
n untuk sekedar menatapku, pandan
Adek juga boleh pukul Abang, tolong Abang dek."
pan Ayu, sungguh baru kali ini kurasakan benar-benar takut kehilangannya. Ayu menepuk bahu menundukkan kepalanya, jarinya menyeka air mataku, li
angan tinggalin Abang, Abang mi
ana, aku masih di sini." Suara i
pernah melakukan hubungan badan
rhenti mempertaru
mau Abang dan Tiara visum, Abang siap
angin segar yang merasuk ke dalam hati, senyum itu, sen
ersenyum. Apakah harus sesakit ini, aku memiliki raganya tapi tidak dengan jiwanya. Akhirnya aku pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajah, takut kalau ketahuan anak-anak. Aku uda