bangun, tuh, kasian!" tambah Rima s
tu. Diam-diam Bary mendengus. Bary b
.. Dek!"
sahut Bary jug
ui sungkan, malu, hingga risih ya
air panas---sedikit di atas hangat, kemudian mengarahkannya ke bawah paha Rima. Dengan kain tersebut,
i dan peralatan mandinya barusan, Bary bereda
seru Bary. "Bayinya
esai," sahut Rima. "Dek! Kakak pi
y, Rima yang tengah menghadap ke dinding, menanggalkan kain sarung yang ia lilitkan ke tu
gi yang bersih. Sudah dikencin
, Kak!" ucap Bary j
kamu. Kalau kakak ndak apa-apa tidak pak
, Kak," kat
daripada yang ada di tangan Rima. Baju yang Bary punyai ini hanya berup
nyodorkan baju yang ada di genggamannya. "Tapi
idak!" sahut Rima
i wajah Rima. Padahal, menurut Bary, "gara-gara" bayi ini, Rima rela kelaparan, sekian hari tidak mandi, semalaman tidur bersama nifasnya, dan sekarang Rima re
akku ini,"
, yang kadang diplesetkan menjadi kelainan jiwa
an asumsi itu, dia adalah Bu L
dak tahu siapa pria yang telah meniduri Rima, padahal, bukan hanya sek
eberapa kali Bary mendengar secara langsung bagaimana Bu Lija
an kejiwaan, di persidangan secara adat, yang menyidangkan perkara kehamilan Rima diluar nikah
yeret Bary, memfitnah bahwa B
rasa bersalah di wajah Bu Lija, kala ia dan Rima dinyatakan ber
ri di pagi ini, Bary membayangkan betapa suramnya masa depan
n bikin ba
engembuskan napas berat, lalu menjawab, "Turu
kucek-kucek kain kotor kakak. Darahnya mungkin sud
tumpukan kain yang ada di sudut ruangan bagian dapur. Pakaian
Biar kakak saja
apa, Kak!"
a itu juga Bary menjumputi pakaian kotor yang ada di pojokan terse
a harus mencuci pakaian terlebih dahulu sebelum turun ke ka
u, Dek. Yang ada darahnya itu tinggal saj
atlah nanti, K
membawa serta pakaian-pakaian kotor t
h, memisahkan yang mana bekas kotoran dan najis bayi, dan yang mana
... !" gu
pakaian dengan jejak persalinan, t
h berat dari yang
Bary menambahkan sabun cuci, sudah pula Bary membilasnya berulang-ulang. Akan tetapi, setiap kali
dikarenakan sikat pakaian yang ia gunak
ng, nih!" cetus Rima yang menganggap Bary
ry. "Ini sudah mau b
y. Rima tahu, Bary tidak
akaian-pakaian tersebut, pada akhirnya Bary menyerah. Setelah itu, ia jemur saja cuciannya.
gan membawa pikulan jerigen kosong. Hari ini Bary akan kembali bekerja keras,
un jugalah di
batu bata, langkah kaki Bary sontak terhenti apabila tanpa sengaja ia
gumam Bary sambil berancan
nah sudah keburu menoleh seb
emutuskan untuk melanjutkan langka
dengan nada tinggi. "Tadi malam ka
!" gumam B
jjah Maemunah sudah memberondong Bary de