angan serba putih. Bau obat-obatan begitu menusuk indera p
sku seraya memejamkan mata, berusaha mengi
mnya. Ya Rabb ... mengapa tak kau cabut saja nyawa ini? K
udengar orang mengobrol, tak l
usia tiga puluh tahunan. Seorang lelaki berkepala plontos mengikuti
apa, Sayang?"
dengan sebu
? Tinggal di man
rusaha untuk pergi dari kehidupan orangtua yang pilih kasih. Pikiranku berkecamuk hebat, tirta n
natap mereka. Kulihat wajah wanita itu cemas,
agaiman
a, Bu. Namun, jika dilihat dari kondi
isa menyimpulkan demikian? Padahal ingatanku sangat j
wajah mereka menggambarkan perasaan bersalah yang amat dalam. hatiku terenyuh. Haruskah aku jujur? Jika aku mengatakan yang
ik ini hanya mengalami benturan ringan, jadi i
sebab rasa bersalahnya. Selepas dokter mengatakan demikia
uk di kursi, lalu mengambil sebotol a
meminumnya secara perlahan, lalu bersandar pada
di. Bersyukur anak ini hanya amnesia, bagaimana jika dia meningg
baik-baik saja," sahutnya
gingat siapa dirinya. Bagaimana k
ita itu, nampaknya ini bisa jadi kesemp
... apa adik ini
ita itu beringsut dari tempat dudu
mpertimbangkan kembali l
u gak tinggal
narnya. Jika aku jujur, besar kemungkinan aku akan diantarkan ke rumah orangtuaku. Aku menatap wajah wanita yang tengah berdiri di samping blangkarku, dilihat dari w
aya," ucapku sera
an mendekat d
salah, Sayang. Tante yan
Wanita itu terkejut, pria botak yang sedari tadi dudu
kan saya." Aku tak kuasa membendung tangis, aku p
k amnesia?" tanya l
sebuah senyuman terlu
ahagia, berbanding jauh denganku yang h
u sangat sedih. Kamu
ar pulang saja dengan s
guk, lantas kembal
n pulang, kami pasti bakal antar kamu ke tempat t
ekali tak ingin kembali ke sana. Mereka akan memulangkanku karena ta
a itu, "kamu makan,
ante, tetapi sa
cau. Aku tak ingin hidup dalam kedustaaan, lebih baik menelan pa
h saya meminta
itu,
hkan saya pulang, saya minta
sampingku itu terkesiap, hening beberapa detik, la
mu sudah tak
ngtua saya
kamu mau tinggal
ingin mandiri dan tak mau terus
sud
l bersama mereka. Tak ada satu pun yang aku tutup-tutupi kepada sepasang suami istri ini. Aku
ga, aku hanya ingin terbebas dari mereka
eperti ini masih ada kepahaman seperti itu, Pa. Kenapa orangtuanya begi
enceritakan kisah pilu hidupku kepada siapapun. Setidaknya, setelah keluar dari rumah sakit aku bisa tingga
ng membicarakan sesuatu yang serius. Ah, apapun yang mereka bicarakan bukan uru
utempati, melamun membayangkan kehidupan
u beralih, duduk menyandar dan menatap ke waja
mau kembali kepada oran
han." Mataku membulat, napasku tercekat. Buliran inta
aku sudah menceritakan semua kepedihan hidupku,
cont