DI KOPER
a
__
ihat rapi dengan pakaian khas
tan padaku. Tak lupa ia mencium keningku. Seperti biasan
sku dengan tersenyum manis.
telahnya punggung lelaki itu sudah
s Hakam. Aku jijik dengannya. Bekas mulut pendusta itu menempel di kening
urasa bersih, ah mungkin belum. Tapi setidaknya bekas mulu
rwarna hitam pekat kupilih untuk menyempurnakan apa yang ada pada diriku. Memberi pewarna bibir merah mencolok. Mencerminkan kebera
di atas nakas. Bergulir mel
g akan pergi ke kantor. Namun aplikasi ini menunju
at aku pergi ke Bank terlebih dulu. Untuk m
sudah aku bereskan. Kuamb
enuh hati, Sejak Bu Karti berhenti bekerja dari sini. Aku hanya memanggil ART dan itu pun bekerja hanya siang hingga sore saja. Kerjanya cuma beres-beres rumah. Masalah memasak, aku sering memasak se
rbaru kupacu membelah jalanan k
asih berada di rumah ular berwujud manusia itu. Di
t tinggalku. Hanya lima belas
ersyaratan agar kartu milik Mas Hakam segera diblokir. Mana rela aku
an menyangkut kartu yang diba
utnya, aku ingin membalik semua aset keluargak
obil. GPS di layar pintarku menunjukan, Jika mobil
an atau seb
s Hakam. Malu semalu-malunya karena tidak bisa membayar barang belanjaan. Aku sangat hafal bagaimana Ma
da yang mengenali lagi. Aku berkaca pada sepion. Menyeringai yang akan terjadi. Aku lebih mirip
ulmu. Aku sangat ingin meli
ngan demi kebohongan yang Mas Hakam lakukan padaku. Ia bilang ke
rkan padangan mataku. Tepat. Mobil
ng empunya. Gegas aku melen
etan toko tas branded. Tunggu, kupincingkan mata, ternyata ia tak da
ra, bisa bayar tidak ya, hahaha. Aku tertawa jahat menyaksikan mereka sangat antusias
uga. Namun posisiku di deretan
i meja kasir. Aku di balik masker ini. Akan m
*