a
ar pergi. Cepat aku bangkit dari ranja
di sinetron-sinetron ikan salto. Lup
terjadi pada ren
enyimpanan semua berkas-berkas pen
raan milik Mas Hakam. Hanya ada BPKB saja di laci
an menyuruh preman untuk membegal mobil Mas Hakam. Tentu ia akan k
dah aman di genggamanku. Cepat kuringkus semu
muanya. Sudah muak juga aku berlama-lama ti
Aku kembali membuka kunci pada kamarku.
yut nyeri. Lebih baik
ta, pasti akan menangis bila cinta yang dijaga dihancurkan begitu saja. Menjalani mahligai rumah tangga selama delapan tahun. Bukan lah waktu yang sebentar. Namu
ah selingkuh. Bisa jadi selingkuh lagi dikemudian hari. Meski sudah dimaafk
o
o
o
as Hakam memanggil dari luar. Diir
ku. Bola mataku bergerak ke sana ke mari mencari benda
dan sedikit membukanya. Kepal
" titahku pada Mas Hakam. Ia te
netra Mas Hakam menatapku dengan tatapan yang biasanya aku tahu, ia sedang ingin sesuatu dariku. Aku malah semakin jijik melihat
dari dosa. Menolak ajakan suami itu dosa 'kan. Beruntung, baru saja tamu bulanan i
koper Mas Hakam melintas di kepalaku. Rasa pu
rtenteng di gantungan sana. Sejurus kemudian
ya dan tentu aku la
rasa dia, pasti jiwa lelakinya akan berontak menyaks
ku dari belakang. Sesekali ia berbisik lirih di tengkuk leherku. Membuat aku merema
masih bertolak di pinggangku. Ia mendengkus pelan. Mungk
n Intan tak ada apa-apanya dibandingkan denganku. Apa yang membuat Mas Hakam tega mendua?
aku untuk mengandung lagi. Tapi Mas Hakam bilang, itu tidak masalah. Tapi kenyataannya, bocah bernama Albert itu memanggil Mas Ha
di pundak membuatku terhenyak kaget. Semu
lagi malas turun ke lantai bawah." ucapku manja.
memanggilku 'sayang' kayak ada manis-manisnya gitu.
an pertanyaan padaku. Lumayan lah, mumpung dia masih di sini. Bisa
aku, biar Mas Hakam makin tersiksa dengan yang ia sebut juni
ngan nangis. Air matamu terlalu mahal untuk men
laku dan berpindah duduk di atas ranjang. Tentu memasa
ananku. Lengkap dengan lontong ya
ucapku lalu berbaring. Dan menarik selimut hingga sebatas dadaku. Perutku meman
?" terdengar nafas Mas Hakam yang berderu berat.
nya Mas. dibandingkan
idur!" tekanku. Kuubah posisi tidurku menjadi me
enikmati kehancuranmu satu-pers
*