man
it for so long at that point, I'd accepted it
ma pula. Beberapa minggu yang lalu, aku baru saja menyelesaikan operasi pengangkatan tumor yang berada di dalam rahimku, dan sekarang aku kembali lagi ke rumah sakit, karena ternyata masih ada sa
ku benar-benar lupa jika Dokter Yansen-dokter bedah yang menangani kedua penyakitku-memulai prakteknya pada puku
orang yang kukenal membuatku tersenyum, lagi-lagi
mood.' Aku membalas
.. lagi a
umah sakit
pikiranku saat ini hanya hasil dari laboratorium yang sebentar lagi harus kuserahkan pada dokter dan dia akan membacakannya. Apapun itu aku siap, aku sudah tak pedul
ya John lelaki yang cukup baik, tapi ... entah kenapa aku malah sedikit bersyukur karena pernikahan itu pada akhirnya batal-meski tak sepenuhnya batal tetapi mengalami penu
ernikahan, tak pernah terbesit dalam pikiranku untuk membangun sebuah keluarga. Semua kulakukan untuk Papa, ya, untuk laki-laki tua yang selalu menganggapku sebagai gadis kecilnya. Bagi Papa, selamanya aku adalah gadis kecil
-laki yang berada di satu lingkungan kerja-aku akan menceritakannya nanti. Dengar ... aku tak berniat memainkan hubungan atau perasaan siapapun, tetapi ... aku juga tak bisa menolaknya. Ada sesuatu yang kucari dari kedua hubungan yang saat itu kujalani dengan keduanya, aku ingin mencari kembali sebuah rasa yang mungkin sudah terlupakan olehku. John, laki-laki yang cukup menarik, sekilas aku merasa dia sedikit mirip dengan Rio Dewanto, suami dari Atiqah Hasiholan. Aku senang melihat cara John tersenyum ketika dia menggodaku. M
tahui beban yang berada di dalam tubuh mereka, apakah berbahaya atau tidak, sam
edikit merasa risih, ingin rasanya kedua kakiku melangkah pergi tanpa harus b
an dari BBM muncul di layar teratas handphone milik
e are you
pital, ada
you soon in
t for you
rang penulis jenius dan pintar yang selalu dipuji oleh para senior-senior di group. Aku tak ambil pusing, aku hanya ingin mel
inya aku menatap jarum jam yang bergerak semakin lambat di pergelangan tanganku. Tuhan, aku masih ada janji lain sehabis ini, apakah aku masih harus berlama-lama duduk di ruang tunggu, meski ruangan i
ulai berkurang, hingga pada akhirnya menyisakan aku duduk menahan jengkel
ku, membuatku langsung berdiri, meraih tas tangan yang kuletakkan
h gagah, berkulit putih, wajahnya yang oriental, tak pernah sebelumnya terbayang olehku a
as; berat dan serak-serak basah, namun terdengar seksi di telingaku
jawabku agak ketus, pria tampan di hadapanku hanya tersenyum semringah, memerlihatkan deretan gigi putih bak mutiara yang berbari
ang satu itu
merasakannya, aku yang menanggung
asih sanggup menahan rasa sakit untuk yang satu ini? Kau masih mampu bergelut dengan rasa nyeri yang m
tak punya kehidupan, itu adalah jawaban di luar akal sehatku, Dokter. Cukup j
ahu penyakitmu sangat berbahaya, kenapa kau mau menyiksa dirimu? Apa kau kira, kau hanya cukup deng
u sanggup bertahan, aku sudah benar-benar lelah dengan semuanya. Aku tak peduli dengan sekitarku, aku juga tak peduli berapa lama lagi aku hidup. Jangan pernah dokter
gila, aku benar-benar tak peduli apa yang sedang dipikirkannya saat ini. Dia menarik napas panjang dan mengembuskannya dengan berat, seo
arang sebutkan saja berap
au