t botol wine yang belum dibuka berat di sudut kamar tak jauh dari kamar mandi, enam botol arak bali yang
rpikir waras, kewarasanku bergantung kepada botol-botol keparat tersebut. Saat aku ingin melupakan segalanya, mereka akan bercumbu denganku hingga tetes terakhir. Aku belum menjawab, melainkan merapikan letak botol-botol yang tersisa berhamparan ke san
kehilangan kesadaranku," jawabku. Kudengar Samantha menarik napas kemudian mengembuskannya, bi
mana sebagian isinya tercecer di lantai?" cecar Samantha. Astaga, mulutnya seperti petasan tak berhenti sama sekali mencera
tiap gerakan yang kubuat, tak lama kemudian dia berdiri dari tempat tidur, berjalan ke arah pintu da
a d
u sudah lihat, biar
u begitu saja dan sibuk merapikan kamarku, apa d
h tak mer
segala kekacauan di dalam kamar. "Buka bajumu, aku ak
a
buka
satu, sisanya m
iman
a di dalam lemari, karena baju lainnya yang kubawa, sudah kubiarkan Samantha memakainya untuk membersihka
, aku paka
k punya b
ng memakainya, karena bajumu juga kotor,
balik saja ke kosan, be
tan aku menjawab tanpa berpikir, aku benar-benar tak tahu kenapa aku mengucapkan hal tersebut, siapa aku, berani sekali melarangnya untuk tak bekerja. Samantha tak membalas kata-ka
a aku seperti orang gila yang tiba-tiba saja marah tanpa sebab dan melarangnya bekerja, padahal aku bukan siapa-siapa baginya, hanya orang
t terang terlihat sangat menarik tanpa ditutupi, tapi tanpa kacamatanya, tatapannya terha
k, menyulut dan mengisapnya. Aku suka melihat caranya merokok,
lakukan jika tidak bekerja? Aku tak bisa sehari saja diam t
menemanimu
leh aku pakai tempat tidurmu? B
rmu sendiri. Seperti janjiku, aku akan tidur di
ega membiarkanmu
sud
ah
api jangan melampaui batas, kau
kau tak k
mu, mana mungkin seorang t
alah raj
a queen, jadi kau
sebegitu cepat dia mengubah mimik wajahnya? Sesaat dia terlihat lugu, lembut, dan dingin dalam tempo yang begitu cep
ya dia melihat sebuah tato besar di punggungku. Aku melepas celana jeans yang kukenakan hingga hanya tersisa boxer yang melekat di tubuh bagian bawah. Tak perlu heran, aku tak ada rencana untuk meng
ngenakan pakaian, maaf
nya sungguh di luar dugaan. Apa dia tak normal? Tubuhku juga tak jelek-jelek amat, dada bidang, perut rata dengan six pack, bentuk tubuhku juga proporsional, eits
atu buah gelas yang sengaja kubeli untuk meminum minuman yang berada di dalam botol-botol tersebut. Samantha terlihat sedikit santai, dia melepaskan
amat mala
ht,
am
menghadap ke arah wajah Samantha. Wajahnya terlihat tenang, sepertinya rasa sakit sudah berkurang, dengkuran halus terdengar darinya. Aku
menjawab panggilanku. Lho, k
u ingin memeluk tubuh Samantha. Tidak, alkohol ini masih belum membuatku kehilangan kesadaran, aku sadar jika aku merasakan hal itu. Bagi orang lain, dengan meminum alkohol, mereka akan kehi
g menatapmu saat tertidur," jaw
s Samantha ac
wangi dari
ya
ak peduli, sepertinya aku mulai jatuh hati pada perempuan cuek seten
id
am
mm
palamu di lenganku s
ah
nang mengamati orang lain saat tertidur, ak
ya, si
nya dengan pelan, meminta Samantha untuk b
enyentuh dadanya, kenapa dia berbuat seperti itu, seolah aku hendak menjamah tubuhnya. Tidak, aku hanya ingin melihatn
kan kepalamu
ahlah ... perasaan apa ini. Aku menyelimuti tubuh Samantha, kenapa aku ingin menjaga perempuan satu ini, perempuan yang t
an membuka sedikit kedua matanya tanpa menatapku secara
gecup lembut kening Samantha. Tidak, aku tak merasakan perasaan bersalah sedikit pun pada Aura, sama sekali tidak. Aku hanya berusa