nd
ks out, the sky will understand; but now it hurts, to watch you leav
patku menyewa sebuah guest house untuk tinggal selama mengerjakan project tersebut. Sudah beberapa bulan aku non-stop mengerjakan project yang seolah tak pernah ada habisnya, bukan aku tidak bersyukur, aku hanya berpik
apa yang kulakukan, selalu seperti itu dengan pertanyaan-pertanyaan yang terkadang membuatku darah di dalam kepalaku mendidih, dan membuatku semakin lama semakin lelah, ya ... dan aku
u? Aku tak menjawab, hanya menolehkan sedikit kepalaku, dalam keadaan yang tak begitu terang, aku bisa melihat sosok seorang perempuan berkacamata se
ikkan satu alis. Sosok itu
melihat hantu, sedang apa kau di
jauh dari minimarket yang dimaksud, karena tanpa berkata apapun, Samantha menunjuk ke ar
a berjalan mendekat, lalu tanpa banyak basa basi naik ke atas jok motor, lu
berkena
nulis yang kaukenal di sebuah group dan tak pernah memajang wajah di media s
seorang pemberontak sejati; celana pendek sobek-sobek di bagian kanan dan kiri samping, jaket parka berwarna hijau, dengan kaus berwar
in makan
sudah lapar terla
nya tertawa kecil seraya membetulkan letak kacamata. Benar-benar tak seperti yang ada di dalam bayanganku selama ini, perempuan ini lain dari yang lain. "Kok, kau bisa tahu aku yang sedang menun
ak tahu jalan," jawabnya panjang lebar, lalu tertawa terbahak-bahak memamerkan sederet gigi putih yang cukup rapi dan membuatnya terlihat semakin menarik
n traktir kau makan, bagaimana kala
ebut. Sebuah aroma ringan yang sedikit maskulin bagiku, memang benar-benar berbeda perempuan satu ini, dia bisa kukatakan istimewa, aku
atikannya, setiap gerakan kecil yang dibuatnya, membuat detak jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, aneh? M
, hanya satu yang mungkin membuat berbeda, karena perempuan yang sedang duduk di hadapanku saat ini sepertinya yang membuat suasana sedikit beda dari b
au yang dikenakannya, diambilnya sebatang, dinyalakan kemudi
a-tiba masih dengan sebatang rokok yang m
ok lebih dulu oleh teamku, dan aku menyelamatkan sisanya." Aku menyer
yang sedang kauk
n menyelesaikan pekerjaan karena hujan turun menghajar daerah Pecatu." Ya, hobi panjat tebing saat aku masih menjadi anggota MAPALA aktif di Klaten, ternyata bisa dijadikan ladang mata pencaharian. Aku
kau tuka
ekerja lapangan, cat berwarna putih mengotori setiap sisi pakaian yang kukenakan, sehingga kaus lengan panjang yang seharusnya berwar
beda dengan yang ada di dalam pikiranku, aku sungguh-sungguh tak mengira ini kau," ujarnya, lagi-lagi dia tertawa. Tuhan, jangan biarkan dia tertawa sekali lagi, tawanya benar-benar membuat jantungku sem
itu kan yang i
u belum men
apa yang kaula
at, lalu melanjutkan kembali kesibukannya meng
ana keadaanm
ini aku baik-ba
'mungkin', apa ada y
ksu
udian menjawab, "Tak ada yang perlu disembunyikan, mungkin sampai hari ini, aku masih baik-baik saja," dijawabnya pertanyaanku tanpa diselin
, kau baik
eful
ertanyaanku. Besok k
pagi, kau mau men
g, kau mau nongkrong d
uh dari sini, aku akan menemanimu, kau adalah tamu
enemaniku, tapi dari wajahnya, aku bisa melihat
, kau adalah tam
lah.
a, tak ada habisnya bahan cerita yang diceritakan oleh Samantha kepadaku. Perempuan berwajah oriental, dengan senyumnya yang manis disertai lesung pipi, serta tawanya yang
amantha secara tiba-tiba m
tha menohok dadaku, kenapa
timu pasti su
tak pernah berpikir tent
mantha memotong kalimatku dan menyambung deng
perti i
l yang menjadi pertimbangan, kenapa aku belum menikah di usia lelaki sepertiku, mungkin semua karena masa laluku, terlalu banyak hal, yang pada akhirnya membua
alu setelah mendengar kata pernikahan yang disebutkan Samantha di atas. Aku pernah atau mungkin masih merasakan sakit hati akan masa laluku, terkadang hal itu muncul secara tiba-tiba dan m
" goda Samantha ketika aku
ku padanya disam
aku ingin, ak
" panggil
Y
-" Aku sendiri tak tahu ke
pa, N
a apa-apa,
emudian mengangkat satu alis, menatapku dengan
lah, aku sudah lu
li, meski kuakui, ya ... baru saja kuakui jika aku mulai tertarik dengan perempuan di hadapanku saat ini. Kujelaskan aku bukan seorang bajingan, setidaknya tak sebajingan laki-laki lain, tapi ... perempuan ini memang lain, berbicara dengannya seperti baru saja menengak sebotol minuman beralkohol tinggi atau menelan pi
u belum m
mbuatku terkapar," jawabku sambil terta
r dua puluh m
seperti sebuah candu yang membuatku lupa
akkan kedua matanya, dia terlih
gi? Aku tak mungkin membiarkannya. Lagipula aku yang mengajakmu
n sangat cepat. Aku sendiri sempat
ikl
apa yang ada di dalam pikiranku ya? Aku bertanya dia pulang jam berapa, apa ini bentuk dari rasa tertarikku pada perempuan di depanku? Baru
etenga
ku mengatakan dalam keadaan sadar, sudah kukatakan bukan, aku belum mabuk, minuman di dalam
yang berpura-pura menawarkan diri kemudian berbaik-baik ria, lalu segalanya pada akhirnya berakhir di tempat tidur. Ap
jemputku?" tanyanya lagi
pa aku
tertawa terbahak-bahak. Sepertinya aku tak rela malam ini berakhir, aku masih menikmati kebersamaanku bersama Samantha, tertawa bersamanya, jarang bisa menemui seorang perempuan yang tak
satunya jalan, agar aku masih bisa terus berbicara dengannya,