komentar Kanaya sedang duduk melan
il secangkir teh yang ada dalam poci yang sudah mulai dingin. Memang ben
g terdapat di belakang Kanaya. Bahkan kakak
jika sudah tamat SMA nanti," ujarnya kemudian me
lam bentuk power point. Wajahnya yang serius dengan segelas minuman
yah keluar dari kamar dengan memakai
dah bangun?" tanya ayah s
s pelan. "Aya
main tenis
a dan berjalan mendekati ayah
engan heran. "Kau
k, cuma daripada Kiran bali
daripada kelayapan di lapangan tenis," sahu
rdengar. "Baiklah, Ayah akan men
ye
pakai dengan celana olahraga dan juga memakai jaket. Tidak ada yang tahu bahwa keinginan pe
ihal olahraga tenis yang ternyata menjadi hobi keduanya. Mulai setelah itu, aku mulai menyetel ala
tuhan terakhir yang kuberikan sebelum keluar kamar adalah menyemprotkan pewangi pakaian yang biasa digunakan untuk
au bisa sekalian olahraga kecil," ujar
aku tidak akan berkeringat dan hanya fokus be
Ayah mulai memarkir mobilnya dengan hati-hati. Sete
iasa didatangi ayahku bukan sekadar untuk bermain tenis saj
Tana
berbalik dan menemukan lelaki itu dengan
lelaki itu berdiri di hadap
main tenis?" tanyany
leng pelan. "Belum, sebena
is sebelum dipakai orang lain. Aku pun hanya menghela napas, berpikir bahwa kesempatan
ir
dari bagian belakang. Perlahan aku berbalik badan d
kukan di sini?" tanyany
siku waktu itu ke masa sekarang.
kita masih bersama, kau tidak perna
ahas tentang masa lalu kami. "Kalau begitu kau b
emburu den
sangat salah besar itu. "Apa? Cemburu?" Kakiku bahkan sedi
hirinya cukup baik bukan? Kurasa
rena jika memang baik, kenapa harus berakhir? Tetapi meskipun dapat kukatakan Fahmi bermain di bel
kemudian menarik napas. "Baiklah
anku sudah terangkat, pandanganku malah bertemu dengan Evan. Lelak
ng dengan
mbali menghadap ke lelaki tersebut. "Ya,
n kulihat dia sudah cukup tua," balas
tu
aja melirik ke arahku, maka sudah kujitak d
anjutkan olahragamu. Aku mau ke sana," ujarku
i menghentikan lan
Y
untuk segala
anya menganggukkan kepala dengan pelan. Kulihat F
angku panjang yang terdapat di pinggir lapangan. Jika tadi Evan dan ayah hanya ber
egitu lincah ketika memukul balik bola tenis dengan raketnya. Meskipun
al minuman. Membeli dua botol air mineral dingin dan ketika telah
" ujarku memberi a
Wah benar-benar, putr
mulut lelaki itu mulai menegak air dengan posisi kepala sedikit ditegakkan ke atas, aku seolah tersihir oleh bagaimana air itu bergerak turun
Kiran s
ak
apa
ada yang
tungnya be
enghilangkan pikiran anehku kepada Evan mulai mencari s
berusaha membawa pria itu ke rumah sakit terdekat. Kurasa berisiko menunggu ambulanc
resusitasi jantung paru atau biasa juga disebut CPR. Namun
g," ajak Evan m
laki itu menuju parkiran. Sebelum meninggalkan tempat itu, bisa kulihat orang-orang mulai mengangk
ur
ur
menoleh perlahan ke samping dan bisa melihat Evan ki
butuh mengisi perutmu," ujarnya kini b
enapa perutku harus meminta makan sekara
Namun kulihat mobil berhenti di sebuah resto & kafe, tunggu ... berarti ini makan pe
ula jam masih menunjukkan pukul sepuluh lewat. Duduk saling berhadapan, membua
r menghabiskannya, ponselnya berbunyi. Sebelum mengangkat telepo
Haik
i depanku, juga melirik diam-diam melihat Evan
onsep gambar pada konstruksi proyek pembangunan kondominium?" Raut wajah santai yang selalu kulihat
it ditangannya yang sepertinya masih mendengar
ujar Evan berhenti sejenak. Mata lelaki itu menatapku dengan kalim
u
. "Aku ini orangnya perfeksionis Kiran," ujarnya seolah menje
ri yang selama ini kukenal ramah menjadi le
lu kukenal leb
*