amiku bernama Dion Wijaya, seorang arsitektur. Usia kami tidak terpaut jauh, hanya tiga tahun saja. Dahulu dia adalah kakak kelasku di SMA
n? Lagipula, usiaku pun sudah cukup matang untuk berumah tangga. Kupikir Mas Dion laki-laki yang baik, buktinya ia langsung meminangku. Bukankah itu sala
kota. Boro-boro mau bulan madu, bahkan Mas Dion saja baru satu kali menyentuhku, itu pun pada saat malam pertama, hanya sekitar setengah jam setelah itu ia mendengkur tidur. Saat itu aku masih memaklumi, mungkin Mas Dion lelah karen
?" tanya Mas Dion yang bar
gkat ke Bali ha
uat janji dengan kli
aku juga telah mempersiapkan pakaian itu sedari tadi karena
Mas," pintak
na sibuk, nanti kamu ma
? Toh sepanjang hari aku ju
aku udah nggak terlalu sibuk, kit
begitu muak mendeng
aku mau ngasih kado sekalian silaturahmi. Tante Maya juga udah nyuruh
Om Berend," balas Mas Dion sambil mengenaka
etemu kamu lho, Mas. Mereka kan n
ya. Kalau aku
ya. Kalau aku sedang sibuk? Kamu tid
dara karena rasanya juga akan percuma. Di sepanjang perjalanan Mas Dion hanya akan me
nte Maya. Niko langsung menyambutku dengan girang,
ng?" ujar Tante Maya yang dat
k Cantik," ujar boc
ma, Niko Gant
pelukan hangat, lengkap dengan ciuman di pipi kanan dan kiri. "
e Bali tadi sore, Tante, a
k ikut? Kan bisa se
yaman juga bulan madu tapi suami
a, iya, mending nyari wa
dalah sepupu jauh mamaku, tapi aku cukup dekat dengannya karena aku pernah menginap di rumahnya bebe
Om Berend hangat. Aku langsun
Lun?" tanya O
, sekitar lima m
gat di dahi Tante Maya. Om Berend memang tidak pernah berubah, ia selalu memperlakuk
h hari ini, Sayang," puji
cantik?" elak Tante Maya, meski kulihat pipi
er kamu terlihat lebih se
ubit pinggang suaminya i
"Aku mau mandi dulu ya, Sayang. Ud
gsung nyiapin
un menaiki lantai d
nah memperlakukanku sehangat itu. Jangankan memeluk dan memberikan kecupan setiap bera
ah habis keramas, menyeruakkan aroma shampoo yang menggelitik penciuman. Ia mengenakan celana pendek dan baju kaos polos. Dengan penampilan
dengan warna hitam dan mencukur berewoknya secara berkala. Dahulu, ketika masih tinggal di rumahnya, aku pernah tidak seng
mu menginap d
buyarkan lamunanku yang sedang mem
ap. Saat itu Om Berend juga melirik padaku, wajahku langsung berub