un
i telinganya. Ana tidak tahu berada di mana saat ini, namun ingatan terakhir akan seseorang yang menariknya masuk ke dalam mobil membuatnya tersadar. Perlahan mata indah itu mulai me
aka akan datang. Ana menghentikan langkahnya ketika sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Seorang wan
. Ana hanya diam saat mengingat jika semua or
hat kok. Kakak cuma mau tanya alamat," uca
akhirnya wanita itu memberi kode pada pria bertubuh besar yang bersamanya tadi untuk segera memb
ambak, dan menendang sampai membuat ketiga orang itu kewalahan. Sudah habis kesabaran wanita itu, akhirnya dia mengeluarkan sunt
am pesawat dengan tubuh yang terikat. Dia tidak
tolon
ikut menangis. Dia hanya ingin pulang, itu saja. Pria-pria bertubuh besar yang mendampingi anak-anak itu terlihat kerepotan. Teriakan yang terdengar nya
pria yang datang menghampiri Ana dan k
*
bisa. Dia berteriak dan memanggil siapapun agar membukakan pintu untuknya. Ana menangis, dia merindukan orang tuanya. Bagaimana bisa anak di bawah um
hanya rasa sakit di kakinya. Dengan lemas Ana mulai terduduk bersandar pada pintu. Dia lelah mena
sebuah piring di tangannya. Pria itu menatap Ana yang duduk di lantai
akannya. Dia makan dengan menangis, tak pernah terbayangkan olehnya ji
*
ur jika memang sudah lelah menangis. Dia tidak tahu sudah berapa lama dikurung di dalam kamar ini.
setiap harinya. Langkahnya terhenti saat melihat wanita berdarah asing sudah berada di kamarnya. Wanita itu menatapi Ana dari
ang dia ucapkan, wanita itu memilih untuk menghampiri Ana dan mengelus rambutnya
entuk rambut Ana menjadi kepangan cantik. Ana hanya diam dan tida
untuk keluar kamar. Entah apa yang Ana rasakan saat ini. Namun d
samar di telinganya. Begitu sudah sampai di bawah, Ana benar-benar bisa mendengar suara musik yang memekakan telinga. Dia dibawa ke sebuah ruangan yang ternyata sudah banyak anak-anak
g. Apalagi anak itu memberontak dan menangis dengan kencang. Sekarang Ana sendiri. Semua anak yang dia anggap senasib itu telah dibawa keluar entah ke mana. Ana sendirian, dia kesepian, dan menangis la
Ana berhenti memberontak dan mengangguk patuh. Dia berharap ji
ma kali ini dia melihat pelelangan anak di bawah umur dan yang membuatnya terkejut adalah ada anak-anak yang berasal dari negaranya sendiri. Banyak kasus berlapis terjadi di sana seperti penculikan, perdagangan ilegal, seks
aman d
a sama Papa," g
era dihubungi, mungki
cutkan bibirnya kes
auh, jadi jangan harap dalam
Bagaimana bisa dia diculik
g." Ana hanya menurut dan menerima uluran pr
*
" tanya Ana begitu mata
Y
melihat keadaan kamar.
ones
Ana lagi tanpa menyadari jika pria itu
gg
a K
akan kukembalikan kamu ke tem
k ke bawah kasur di mana pria itu berb
buka dan menatap Ana taja
ak siapa?" Ana kembali berbaring
inno, sekar
tersenyum dan menggumamkan
*
r anaknya diculik, bahkan diculik selama 2 minggu. Mereka merasa lega begitu m
ak Ana kepada kakaknya yang
banget kamu main sampai
sini lagi." Ana
a tidak mengalami trauma apapun. Yoga tahu jika ada sedikit rasa tak
at penjualan anak itu. Jika tidak ada pria itu, entah apa yang akan terjadi. Orang tua Ana tidak mau memik
e Indonesia?" tanya Ana pada D
gg
gak kangen Mama Papa-
nggak bisa pulang," sahut Ibu Ana merasa tidak enak den
papa,
ndara sekarang. Terima kasih se
m. Hati
a berlari ke arah Davin dan memeluknya erat.
kembali sepi. Tidak ada yang malam-malam meminta makanan, tidak ada yang mengoceh tanpa henti, dan tidak ada yang b
dengan keputusannya untuk membawa Ana pulang, anak itu terlihat manis dengan kepolosannya. Hal itu membuat Davin teringat akan
dari mana Davin memberikan
erima cincin itu de
lagi nanti." Davin tahu ucapannya terdengar a
a!" pang
a memeluk Davin sekali l
ggelengkan kepalanya tidak percaya. Denga cepat dia meraih ponsel dan menghubung
menjemp
*
B