wa dengan gaya berpakaiannya yang sulit berbaur dengan suasana kantor. Baru satu langkah keluar dari kosnya, Ana mengingat sesuatu. Dia belum menghubungi Davin terlebih dahulu. Ana tidak ingin ke
Bapak di kantor kan? Saya udah buat janji
epat membukanya. Melihat betapa cepatnya pria itu
lau ke kantor bawak
i makan siang. Ingin rasanya Ana menuliskan pesan umpatan untuk Davin. Kali ini dia benar-benar kesal. Ba
k bisa masak. Pak Dav
im dan dia berharap Davin tida
k perlu ke kantor, saya
ajah Davin menjadi babak belur. Entah kenapa Ana juga merasa sensitif akhir-akhir ini. S
pa untuk Davin. Bukan rahasia lagi jika akhir bulan adalah hari krisis nasional untuk para pejuang kos. Lag
in yang bisa diolah. Ana terduduk di depan kulkas dengan kecewa begitu hanya menemukan bakso, sosis, dan telur. Saat akan menutu
" teriak Ana begitu mengetahui jika sawi
s Amel bert
arnya. Sepertinya nasi goreng tidaklah buruk, uangnya benar-benar menipis sekarang dan mau tidak mau Ana memutuska
*
a mendengus kesal. Ditepuknya punggungnya dengan pelan untuk mengurangi rasa nyeri karen
a oh J
entah kenapa udaranya terasa begitu panas. Dia berdecak kesal saat mobil di depannya tidak
lit mengingat dia sudah terjebak macet di tengah jalan. Pada saat-saat seperti ini Ana menyesal karena sudah meninggalkan jas hujannya di kamar
n kepalanya pada setir motor. Dia kembali menegakkan tubuhnya dan bersyukur begitu menemukan bengkel di ujung jalan, tapi bengkel itu terlihat cukup ramai. Ditambah dengan hujan deras seperti ini, mungkin kerusakan
i tambal tapi antri, lagi rame soalnya," uca
a akhirnya. Dia bisa menunggu sambil ber
*
membuyarkan lamunannya dan berali
in di sini?" ucap Ana
t kamu. Ada apa?" Alex berta
g. Jadi dit
a, kamu mau ke man
Alex beneran bisa anter
, tapi masih
a." Alex hanya mengangguk da
piri Alex yang sudah siap di atas motor besarnya. Tidak ada percakapan selam
ya?" ucap Alex sam
inggal aja. Lama juga
Ana hanya bisa mengangguk pasrah. Dia juga
anggilnya dan menghalangi langkahnya, "Eh Mbak, jangan masuk! bajunya basah gitu, nanti lantainy
n ya suruh keluar," ucap Ana begitu tidak
i saya suruh-suru
olehin saya masuk." Satpam itu hanya me
resepsionis dan sekarang dia kembali diusir oleh satpam, besok siapa l
da Alex bahwa satpam tidak memperbolehkannya masuk. Ana berpikir dan mencari cara lain agar bis
h tapi nggak dibolehin
ma Davin segera memb
ggu
angin dingin masih menerpa tubuhnya. Alex menggenggam kedua tangannya hingga me
engan cepat. Entah kenapa lagi-lagi jan
terarah pada tangannya yang digenggam oleh A
suk?" tanya Davin begitu
hin satpam,"
Alex yang membuat pria
t siang
natapnya dari atas ke bawah dan mulai melepaskan ja
vin menjelaskan, "Ayo masuk." Lanjutnya dan m
li berhenti dan berbalik menatap Alex, "Kamu
suk tadi. Satpam itu terlihat gugup melihat kedekatan Ana dengan bosnya
gan yang Davin ucapkan. Tidak! seharusnya ini tidak terjadi. Ana ingin mem
*
T