vin. Protes pun percuma karena sepertinya pria itu tidak terlihat ingin mencabut ucapannya untuk memecat satpam tadi. Sedangkan Davin hanya diam dan terus menggosok rambut Ana yang basah dengan hand
ya. Jas milik Davin juga masih membu
nmu," kata Da
t, "Mana HP saya? Biar saya bisa langs
i sana dan melembarkan sebuah hoodie pada Ana. Cukup besar, tapi sepertinya panjangnya ha
a, Pak? Masa saya pake i
xer say
in, Ana menatap bayangan dirinya di cermin. Meskipun panjangnya hanya sedikit diatas lutut, tapi tetap saja i
ang lebih dahulu memutuskan kontak mata. Seolah bersikap acuh, pria itu kembali fokus pada kertas-kertas di atas meja. Ana berjalan dengan pelan menghampiri Davin dan
HP saya mana?" Ana b
nnya dan mulai menatap Ana
. Jujur saja, yang Ana inginkan saat ini adalah umpatan dan ejekan dari Davin untuk masakannya. Nam
gak ada
tidak pintar berbasa-basi. Yang Davin katakan memang benar, tapi
sisa kemarin," ucap Ana cepat. Lagi-lagi dia menginginkan sebuah hujatan karena kebohongan
kan seperti ini, dia akan memasukkannya sedikit tadi. Ana mengelus perutnya yang lapar. Jujur saja, aroma nasi goreng buatannya membuat dia ingin
emarin-
ndarkan tubuhnya dan menatap Davin pasrah. Dia membiarkan
ya
i ini. Dia merasa aneh dan entahlah, Ana sulit mendeskripsikan rasa ini. Dia merasa asi
. Dia berdiri dengan cepat karena bingung harus berbuat apa. Ana merasa
i Bunda ba
na dari atas ke bawah kemudian beralih ke arah Davin yang masih duduk dengan tenang. Sungguh ingin rasanya Ana menjambak ra
ng," ucap Ibu Davin menatap Ana dengan pandangan menilai. "Kamu dibeliin
i
ukan cewek begitu. Aduh Pak, bantuin dong! Jangan makan
, te
un." Akhirnya sua
ggelengkan kepalanya dengan cepat. Kalimat apa itu? Ana tidak p
utup mulutnya tidak percaya. "Eh, tapi bukanny
na menatap Davin yang mem
Davin di balik semua ini. Pria itu dengan santainya mengenalkan dirinya sebagai kekasihnya
Davin hampir menabraknya dan membuat ponselnya rusak. Jika tahu akan seperti
n pa-" Davin menyela ucapan Ana dan me
e arah Davin dengan cepat. Apa maksud pria itu? A
atau ke kantor Pap
hunya erat, membuat gadis itu sedikit meringis kesakitan. Davin seola
ja. Inget ya, Vin. Jang
ri bahunya. Dia mendengus dan mengusap bahunya yang sedikit sakit.
aan sih?!" be
ali duduk untuk melanju
ng ke Ibu Bapak ka
kan ucapannya dan kembali berdiri dari duduknya,
ak guna saya ke sini. Bodo amat sama HP baru. Saya
dari pintu, kamu akan menyesal," ucapannya membuat Ana berhenti mela
upnya udara dengan satu tarikan nafas berharap tangisannya akan mereda namun sia-sia, karena dia kembali mengeluarkan air mata. Perlahan Ana merasakan sebuah tangan kekar melingkar di pinggangnya. Rasa hangat
ar pulang sekarang," ucap D
ak apa yang ada di pikiran Davin dan apa alasan pria itu melakukan ini semua. An
*
B