jan. Atma berlari dari satu ruangan ke ruangan yang lain, mengerahkan seluruh tenaga untuk menutup jendela yang terbanting-banting oleh angin ken
napas! Bhaga ...!" Kepal Bu Sona be
n rambut masih basah kuyup. "Kita bawa ke
rinisiatif memayungi mereka sampai ke mobil, tak sepatah kata juga keluar dari mulut Bh
Bu Sona berpesan sebelum dia ik
tma yang mematung di teras. Ini pertama kali dia ditinggal sendirian di rumah. Mendadak pikiran
ngin kencang, hujan turun deras, dan sebentar lagi malam akan menjelang. Sekujur tubuh Atma menjadi bergidik. Bagaimana bila ada orang iseng yang men
-aneh, Ma, kamu a
selain menghib
*
di ruang tengah menyala meski tak ada sesiapa di sana, lampu di kamar pun dia nyalakan, terang-benderang untuk mengurangi rasa takut. Tubuh mungil Atma berselimut sa
na maupun Bhaga. Terakhir kali Pak Giring dilarikan ke rumah sakit, Atma ikut serta selalu, bahkan dialah yang diminta untuk menunggui di rumah s
TO
a tak mungkin. Lalu siapa? Pupil mata Atma bergerak gelisah, tenggorokannya macet seolah menelan kerikil. Memberanikan diri, Atma turun dari tempat tidur. Tinjunya mengepal. Dia putuskan untuk men
di pintu utama, sebuah su
tm
Mas
menerpa wajah dan rambut panjang Atma, membuat tubuhnya untuk beberapa detik tak bergerak dan matanya spontan terpejam. Ketika mat
asuk?" tanya
." Atma segera menyingkir, memberi ruang untuk Bhaga masuk lantas menutu
k bisa, bapak harus dirawat, mungkin seminggu atau kurang, bisa juga lebi
ggak suka bau rumah
, bukan it
itu lah penyebab dia pulang lebih dulu. Bagaimanapun, Bhaga sadar, dirinya adalah lelaki muda, Atma pun se
dirian di rumah, tapi kalau misaln
jujur, aku bersyukur banget Mas Bhaga pulang, kalau nggak ..., aku nggak tau deh,
an Bhaga. "Syukurlah aku mutusin untuk pulan
mau mandi a
ak p
gi, tapi Atma me
Aku kira tadi Mas Bhaga nggak pulang jad
berubah. "Kamu be
sembunyi di kamar, he
etakut itu?"
nganggu
ubungi ibu aja, ya? Jangan ditahan, b
, pipinya panas usai mendenga
an bareng ya?
ari juga dari punggung lebarnya yang menjauh. Hanya Tuh