alam itu berlantai dua, dengan panggung yang cukup besar. Lampu berwarna-warni berpendar di segala arah. DJ bermain musik dari atas panggung, lantai dasar adalah lantai
watir dengan harganya, jelas sekali dia adalah putri orang kaya. Jenar sampai tak bisa membayangkan kenapa dia bisa emmiliki r
arnya tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing, ada yang menari, ada yang minum, ada yang mengobrol, tak satu p
ke sini, aku gak perlu kayak anak k
bahkan waktunya lebih banyak dihabiskan di kamar untuk menggambar komik. Jenar mengedarkan pandangannya lagi, tak ada siapa
dan elegan, jenar makin kehabisan kepercayaan diri. Dia memutuskan untuk menyingkir ke bagian sudut
kali ke p
seorang pria berwajah super tampan duduk di sampingnya. Jenar nyaris tersedak ketika dia mempertajam pandangannya, s
lan ya? Kamu ...
"Ya, aku membintangi beberapa iklan, kamu tau aku
meng
rtender yang sejak tadi diam-diam men
ahu siapa yang dimaksud dengan "Dean",
ya temen selebriti," gumam Jenar
nya. Dia langsung menjadi pusat perhatian. Dan, dia tak sendirian, ada banyak orang-or
u. Potong kue sudah berlalu, kini sebagian besar tamu sibuk menari di lantai dansa. Ratu
ak tadi. Dia bertekad setelah memberi kado itu, dia akan langsung pulang. Jenar memberan
, suara pelannya terhalangi denga
Ratu akhirnya menoleh padanya. Namun, bukan hanya Ratu, teman-teman keren Ratu
uh yang sepertinya sudah setengah mabuk. Jenar tak mau menanggapi perkataan tajam
u langsung balik. Gue datang karna lu ngundang gue, gue hargai kebaikan lu ud
Ratu tak seperti di kantor tadi sore. Ratu justru tertawa terbahak-bahak. "Ya ... gu
tak berkata apa-apa, tapi meletakkan kotak kado di atas m
um Jenar sampai di pintu keluar, pria yang bernama Dean menarik tangannya. "Sudah mau pulang? Kok cepat banget? Ayo min
pria asing ini, tapi wajahnya yang polos sulit untuk ditolak. "Maaf, ya ..
ku terpaksa datang karna papanya Ratu itu pemilik agens
ia mengerti kenapa ada banyak selebriti di pesta ini, Ratu pasti bergaul dengan mereka sudah lama. Lantaran kasihan dengan Dean,
Dengan mata sayu akibat nyaris mabuk, Jenar memperhatikan sebuah pertengkaran di lantai dansa y
tanya sang bart
Dean mengg
jambak rambut masing-masing, Jenar masih terus memperhatikan diam-diam, bahkan sampai kelopak matanya perlahan menutup. Samar-samar
ah, selanjutnya yang