ngambil tas pundak. Setelah mengunci p
rang, sama yang di foto ini. Mirip, nggak?
elama beberapa detik, lalu memandangku. Beberapa
dewasa gitu," dia menunjuk fotoku,
n pria itu dengan
asti banyak cewek yang
a, Mbak, kalau ujung-u
udian naik di motornya. Mulai sekarang, dan jika ak
cewek yang nggak mandan
i Mandang fisik lagi, Mbak. Uh, dunia emang nggak a
emangat kerja. Itu modal besar buat jadi sukses. Kalau udah m
ggak boleh n
tert
depan kantor tempat Mas Aid
u beda dari foto
apnya sembari menunjukkan
engan menarik oksigen banyak-banyak. Rambut yang aku lipat ke dalam agar ter
numpang lagi atau makan gitu. N
ian, uang yang Mbak kasih lebih banyak
, cepet kaya. Sana, sana!" Aku mengib
ara-gara ngojek nanti, Mbak yang
ng janji
akson sebelum pergi. Kini, aku sendiri d
enal siapa-s
enal siapa-s
enal siapa-s
bisa bersikap santai. Saat bertemu den
lagi, Mbak?"
mar ker
ke ruang HRD. Namun, di tengah jalan, aku malah disereyaris bersamaan terdengar
a langsung menoleh ke arahku. Tambahan menegangkan lagi, dia menatapku lebih
alu menggel
ya tidak
na bibirku kaku digerakkan, takut bers
ak." Satpam itu menggeser tubuhku yang seperti patung ke samping agar
itu seakan-akan mengatakan, "suamimu sudah aku ambil. Ayo perang kalau mau dapatkan suamimu lagi." Jad
r be
uktikan padanya siapa pemi
ngembalikan kesadaranku. Segera aku men
*
tau tidak selama itu, sementara pria yang selalu
ak jambak-jambakan sampai botak.
. Lalu berhenti saat suar
yy
. Pria itu memandangku sebentar. Aku langsung lompat untuk men
hat aplikasi perpesanan yang sedang dibuka Ma
a, dan mematikan benda tersebut. Aku semaki
k menarik, apalagi kalau menunjukkan sifatku yang bobrok. "Aku nggak tau Mas duduk di situ. Soalnya tadi, Mas k
selesai
au nonton bola? Atau berita?" Aku langs
nyum tipis seraya menoleh padaku
sia yang hampir aku hapal pun, tidak bisa aku cerna baik sekarang. Selalu saja, selal
sedang bersandar sambil memainkan ujung rambutku yang
k sangat rendah. "Rambut panjang kamu, cara berbicara kamu, sikap kamu,
napasnya? Apa dia sang
gkul tubuh Mas Aiden. Tangan
a i
ua bocah itu bahkan tidak sesedih Mas Aiden sekarang saat
" Aku bertanya, dan dia
aya suka k
jadi sedih
erasaan
ng disayanginya akan selalu merasa bersalah karena
den. Itu, ototnya bikin salah fokus. Bi
beneran sep
rtawa
betul
i, karena benda besar itu sedang menayangkan iklan aplikasi s
g terlalu menyuk
uhnya ke sofa yang kosong. Hilang sudah kesempatan manja-manja tadi. Dengan jen
ya
ns
ideo,
u langsung mengunduhnya tanpa minat. Hanya bebe
Ahh ...
enekan dua kali, eh malah zoom. Mana volume full. Ah ya, volume
natapku horor. Mata melotot
itra baikku seakan runtuh seketika. "Ini temen aku ya
rpikir macam-macam. Setakut i
unyikan wajahku di dadanya.
sambil tertawa tanpa suara. Aku tahu, karena pe
? Itu perutnya ngeledek
a ..
las me
film p*r
melotot atas ajakannya itu. Dia ter
K MAU IH
ung kabur