ngga pada umumnya, aku tanggalkan, menyusul semua kain di tubuh. Di bawah pancuran shower, aku berdiam di
kl
mandi terbuka. Terpampang seorang pria membatu di celah pint
anya itu yang dia ucapkan, lalu menutup pintu ka
dian mengusap wajah, lalu mengambil handuk yang menggan
saat melihat pria itu sibuk mem
nya saya pulang mau ambil." Dia tidak sedikitpun menol
eja kerjanya. Mengambil map yan
um simpul padaku saat menerima
makan siang b
. Saya ada pertemuan di restor
tidak melihat. Aku terus menatap punggungnya yang dib
alah keluarga paling bahagia. Di mata keluarga, kamilah pasangan paling beruntun
adi. Dia tidak pernah tertarik dengan tubuhku. Jadi, keinginan untuk menjalin cinta dengan suami pup
ie super seksi pemberian sahabatku. Namun, responnya hanya, "wah, bajun
i ketertarikan untukku. Dan i
walk in closet untuk memakai pakaian. Namun, der
ualaikum," sap
u sudah tau belum? Adik sepup
pembicaraan ini. Bibir baw
ebulan, loh. Kamu ka
n
kalan tambah. InsyaaAllah, kalau Allah sudah kasi
dak mungkin aku terus terang pada I
kan waktu buat bersama. Suamimu sepertinya terlalu sibu
minanya di ranjang t
begitu, tapi i
Ayya bilangin
cu langsung dari putri tunggal Ibu. Kamu juga sebagai istri, sering-seri
ma tank top-ku banyak demi goda Mas
di aku hanya bisa menyetujui uca
angan banyak stres, supaya s
a,
a, di sana. Ibu
yang Ibu. Ass
laimus
bungan telepon. Lalu memukulk
re
makin sulit berpikir. Harus aku apa
*
u menghampiri untuk mencium punggung tangannya. Jas
capku memberitahu seraya mengekor pa
aya butuh istir
k, M
tiap sudah menjadi kebiasaan. Sehingga kadang, di hari libur, a
aat Mas Aiden akan
ai kelainannya, aku berjanji menerima Mas Aiden apa adanya. Tapi, r
bisa kit
n sekarang? Saya m
sopan dan baik. Seandainya bukan karena kelainannya
u udah makan malam. B
ngangguk-ang
*
karang. Malah, aku jadi semakin kikuk saat Mas A
ah Mas Aiden hati-hati. Raut ramahnya hilang seketika. "A-aku nggak nuntut apa pun kok, Mas. Cuman ma
gan saya." Jawabannya ketus,
ngalihkan perhatian. Tidak punya jawaban lagi untuk menenangkan ha
rti ini." Mas Aiden lalu memegang pipiku, membuatku menengadah menatapnya lagi. "Kamu mau menikah sama pria lain saja,
memberontak lagi. "Mas ...." Aku memegang tangannya di pipiku
ak menarik tangannya, tetapi aku menahan. Tetap mengge
"Kayak ... em ... kita pemanasan dulu gitu. Siapa tau ke
bisa,
ung menun
au kamu m
tusias dengan k
kalau apa yang kamu h
ing, coba
Mau wik