iatan Mas Aiden, aku secara asal memilih sweater rajut kunyit, dan celana jeans hitam. Tak lupa mengenakan sneaker shoes hi
gar terlihat lebih pendek. Lalu memakai kacamat
wajahku semakin jelas. Segera saja aku menghapus make up dengan micellar wa
iran bibir aku berikan warna gelap, dan bagian dalamnya kuberi warna merah.
menjadi
ter. Itu jalan terbaik. Kami sudah hampir setahun bersama, tapi masih sepe
pintu. Baru ke garasi untuk mengambil sepeda motor. Tapi, kalau
a salah satu dari mereka seharian ini dengan
dikan d
*
a itu memasuki kantornya. Ia menyapa beberapa orang dengan ram
. Meminta alasan untuk masuk. Aku menggigit ujung kuku
ak sembarang orang boleh masuk ke dalam." Pria seusia Mas Aiden
sejak pria itu masuk, dia tidak pernah terlihat lagi. Sampai berjam-jam lamanya. Aku y
ung." Selembar uang seratus ribu ak
angsung melesat pergi. Aku mengipas diri sendiri denga
jek datang lagi, Mas Aiden
Masa iya, sepanjang cerita n
, Mb
Air mineralnya nih." Aku menyodorka
a sih, sampai seg
a d
au orang kantoran mah, kemungkinan ngg
mengunyah.
gangguk
*bl
ak?" tanya
jawabku
ak biasa saja. Aku langsung berpikir, bahwa usahaku setengah harian ini tidak akan menghasilka
n mah biasa. Cemburu sama cowok kay
den. Tapi, mereka terlalu santai sebagai kerabat ke
ntaku pada Adi setelah
. Untungnya, kami pakai helm, jadi ti
jauh dari kantor. Padahal, sebelum tempat ini, tadi
-tawa lebar. Sesekali, memukul lengan pria itu dengan
buk mengobrol entah apa. Aku juga memilih meja yang lumayan
g seperti dalam pikiranku-mereka akan saling bergelayut man
arena itu artinya, peluang
ang mengobrol dengan pria berjas itu. Ah, tidak ada yang
, tu
sering dengan pria itu daripada deng
y, kenapa harus dengan pria setua it
dengkus
n mereka terus? Ada yan
" ucapku. "Kalau misi hari ini gagal, kamu haru
k? Semoga misinya
ajam. Dia langsu
nya hubungan spesial masih terlalu minim, hanya sebatas terlalu akra
Uh, ini tidak akan bekerja baik, karena hanya menga
i ini juga, pria yang begitu akrab dengannya itu ik
di depan sebuah rumah minimalis berwarna biru.
h sangat me
mah. Di tengah perjalanan, aku ba
. Adi langsung melajuk
n wajah dan rambut secara asal, menyiapkan air hangat, lalu membersihkan ru
as Aiden. Dahinya sedikit
Aku kalap. Masakan
Mas Aiden untuk Salim, men
at, Mas." Aku memberitahu
ya
iden mandi, aku buru-buru mempersiapkan pakaiann
tan mandi. Aku baru seles
ntar, ya, Mas." Aku seger
ompor. Zonk! Tidak mau hidup! Pas aku cek masakan, belum masak
gerah banget. Aku semakin tambah str
apa,
n
tu dapur. Astaga, aku bingung harus memberi alasan apa. Ba
at Mas Aiden melewati
Tadi, aku kelu
ut beneran kalau Ma
anan di luar, ya?
n kabur. Tetapi tangan dicekal, membuatku ter
" Dia diam be
curigai suami kala
uar," lanjut Mas
fleks tersenyum,
yo
ndi, Ayya? Ker
enghirup aroma
menitan aja." Aku mau kabu
, kalau misalnya kamu mau dandan dikit,
apa pun, Tuhan, aku tidak bisa ikhlas kalau pria perhatian
epaskan tanganku, dan segera
*
ak tabur, eye liner tipis, dan lip tint agar terlihat segar. Dengan tunik navy serta celana jeans bir
n pernah memang, tapi itu dengan keluarga besar. Dan sekarang, ha
ng, karena sikap Mas Aiden sela
Pria itu tampak sibuk dengan gawainya dan selalu tersenyum.
i-lagi
pangg
padaku. Ponselnya dimasukkan ke dalam saku c
u ca
ke arah Mas Aiden. Ia bersikap santai, sementara jantungku di dalam dada se
Ayya. Kamu tidak malu jalan
lau pakai biasa aja, terus jalan sama Mas, ntar aku disangkanya pembantunya Mas." Niatku melucu untuk menormalkan perasaan, walaup
ntu. Setelah aku keluar, dia mau repot-repot nutup pintu-yang padahal harusny
dari garasi. Setelah aku masu
aya kasih, sudah hab
abku gugup, karena yakin Mas Aiden ma
ng menafkahi kamu. Kalau butuh apa-apa, apalagi ini untuk
kin tida
ebuah kartu kredit. "Kam
salah gas tadi itu karena kurang
a keperluan kan? Seingat saya, kamu jarang, bahkan saya tidak
Tapi, "Sering kok
ia tetap memaksaku menerima kartu i
arena Mas Aiden yang biasa beli setiap bulan. Lalu ditamba
a Mas Aiden, aku jadi se
a, nggak nyiapin makan malam. A
rumah. Saya malah seneng kalau kamu mau keluar jalan-jalan atau ke mall, atau
aku melanjutkan penyelidikan ini. Ini demi kebaikan Mas Aiden. Kalau aku tahu mas
di siang kamu ke restoran Jepang di pe
rtanyaan dari Mas Aiden. Dia tahu
a lalu mengusap wajahnya. "Ah, maaf, Ayya. Seharusnya saya tidak cerita tenta
bisa mengg
m-