Ini adalah hari setelah Melisa dan Okta berdebat
a pria paruh baya yang tak
in." Windi
juga rumah tangga. Pasti ada perdebatan kecil s
h baikan kok." O
in menikahi adik dari menantunya itu. Jujur saja Melisa merasa ragu untuk mengatakan pada kedu
isa?" tanya Khal
lalu mengangguk. "Iya, Pa,
sama kamu lagi, jangan ragu untuk mengatakannya pada papa. Saat itu ju
ri Okta ke Melisa nih." Okta memasang wajah y
Sebagai seorang pria, seharusnya kita itu menjadi pelindung mereka. Bukan malah
pa bakalan benar-benar kecewa
ya berbuat salah atau menyakitkan dirinya, papa mertuanya akan mendukung
tu Okta berangkat kerja dulu." Dia
ntar sang suami. Dia tentu tidak ingin kedua mertuanya merasa curiga kalau sebenarnya mereka masi
n rumah, seperti biasa Melisa a
da Papa dan Mama bagaimana?" tanya Melisa tiba-tiba. Dia menunggu reaksi suaminya.
tu malah menunjukkan senyum miringnya. "Kamu pikir, karena Pap
aku adalah anaknya. Mereka pasti aka
un kamu tetap istri pertamaku yang pastinya akan memegang peran penting dalam rumah tangga kita
. Dia segera menghapus air mata yang akan jatu
jar Bi Wati asisten rumah tangga di kediaman
ngguk. "Terim
Perempuan tua itu p
adik kamu?" tanya Win
r rencananya Melisa mau menjenguk Rani dulu sa
i. Nanti deh siangan mama mau k
a." Khalif mempe
ya,
ama repot nggak usah ke san
angan di udara. "Mam
gkat dulu." Tidak lupa dia menyalami
al di pagi hari. Ketika akan sampai rumah sakit tempat adiknya di
dia ada di sini? Ini, kan bukan jalan m
un memilih untuk mengikuti mobil suaminya. Benar saja,
mulai tak enak. Dia memang tidak mengatakan
bil Okta agar dia tidak ketahuan. Dia melihat sua
g berisi makanan untuk sang mama. Dia terus melangkah mengiku
sa terkejut mendengar kata-kata yang diucapkan oleh
kamu datang juga. Kamu
nggak bawain? Bisa-bisa anak ki
tubuh Melisa membeku seketiam. Dia membuk
. Dia menutupi Mulut dengan
lagi. "Apa. Apa mereka bers
mu baik
ra. Seperti itu adalah hal biasa. Dari sana dia pun yakin kalau kedu
al bodoh seperti kemarin. Bagaimana bisa kamu punya pikiran u
jawab-jawab. Ya aku kesel. Keburu anak kita besar nanti. Makanya aku melakukan hal itu. D
itu juga, Sayang. Aku i
a memiliki hubungan?" tanyanya lagi. Kali ini dia tak mampu
in ada itu juga bukan darah aku. Kamu tenang saja, aku menambahkannya agar l
yang jantungan." Sosok Riy
g dia lihat. Paperbag yang dia bawah terjatuh. "Ja
Tanpa kata dia langsung pe