sawit pulang dari sekolah. Sementara Nara aku gendong mem
g hijab yang aku kenakan. Hijab syar'i yang aku kenakan sebagai penutup aurat juga kupakai untuk melindungi ke
ik haus,"
da di dalam tas Habib, lalu memberik
Nara untuk meminum dari botol bek
bib agar setiap Habib kehausan bisa langsung m
uju ke arah desa. Begitu memasuki perbatasan desa, aku bertem
am segini sudah pulang?
makai pakaian seragam sekolah. Padahal wa
b ada ulangan makanya pulan
ah karena belum melunasi uang tunggakkan maka Bu Helmi akan memberiku uang untuk melunasinya. Aku tidak ingin diang
i mengangguk. "Kalau gitu a
u?" tanyak
," sahut
i. Tapi, baru saja aku hendak menolak ajakkan Bu Kepdes, ia sudah t
pasti akan men
u, Bu Kepdes
mu pasti menolak jika tidak
ya untuk menjalankan m
rsenyum ramah ketika melihat anak-anak yang lucu dan imut. Nara kec
kemana?" tan
membeli perlengkapan Rida saa
a Bunda?" tan
endengar Nara bertanya te
baju, dan perlengkapan lainnya,
an ya, Bunda,"
n putri kecilku. Jangankan untuk beli mainan,
kita akan beli, ya, Nak," Aku menan
likan mainan buat,
mainan ya, Bun,"
a mendengar permintaan kedu
enyum kepada
elikan mainan y
h, Bu,"
i-kali aja," jawabn
*
yang berada di belakang. Sementara aku dan juga Bu Helmi serta anak-anak menuju ke pintu
urnya aku merasa canggung berada di tengah keramaian. Mereka memasukki ke dalam mall memakai pa
atau pun fisikku. Baginya aku tetap sama seperti yan
ket permainan untuk Habib dan Na
bas bermain apa saja yang di sukai selama dua jam," ucap
sahutku menerima
ndi bola. Banyak anak-anak seusia Habib dan
sembari menunjuk Mas Anan yang
kecil berusia sekitar tiga tahu
ampingnya terlihat wanita cantik berkulit putih tinggi sempai sedang merekam vidio putri kecilnya yang sedang bermain
lasan mas Anan menjatuhkan talak padaku. Sebabnya ada wanita lain di hatinya yang melebihi aku d
a yang sedari tadi tertahan perih dengan punggung tangank
Segera ia berlari menghampiri Mas Anan y
n, usahaku gagal. Aku kalah cepat dari Habib yang sudah berhasil mendekat pada Mas Anan. Aku mencegah sekuat mungkin agar Habi
" seru
iap melihat kedatanganku
apnya sembari bangkit dari permain
arah kami menatap heran den
as Anan yang masih menghindar. "Ayah, ini Habib.
bukan ayahmu," ucapnya sambil me
a demikian. Bahkan darah dagingnya
ngnya hingga lututnya berdarah ketika
u membantu Habib untuk ber
eleng. "Ti
ngaku sebagai anakku. Kamu itu gembel, g
dagingnya sendiri di hadapan istri barunya yang lebih terlihat kaya dan bergelar konl
h jadi orang kaya anak dan ist
rang lain! Siapa kamu berani menga
ekarang, kaya tapi miski
kan adegan dramatis kami
pedulikan orang kampung seperti mereka," ucap Mas
cintai selama ini tega meninggalkanku demi wanita lain hanya karena aku miskin. Bahkan dengan sengaja ia menola
elas kasihan atau meminta maaf sepatah kata pun ia berlalu m
.. kami merindukanmu," pang
bib dan memberi
karang. Kita doa'kan saja semoga ayahmu menyadari perbuatannya," k
agar ayahmu dikasih hidayah d
sembari menunjuk ke arah Mas An
Ia mungkin sedang tidak
ang sama kita,"
ndung air mata ini yang s
rhadap orang tuanya. Ia mengatakan dengan p
ngan darah yang mengalir antara Mas Anan dan kedua anaknya tidak ada ya
in. Kekayaan dan harta dunia sudah membuat Mas Anan silau akan duni
di butakan oleh cinta wani
sam