Bukan hanya karena pelajaran matematika yang terkenal
i. "Selamat pagi, anak-anak. Saya Pak Kriss, guru baru kalian. Saya akan men
ang siswi dengan paras menawan dan tubuh yang menggoda, menatap Pak Kriss dengan t
ya kesulitan memahami matematika, kali ini merasa lebih mudah mengikuti pelajaran. Entah karena pe
sengaja memperlambat langkahnya. Ia melihat Pak Kriss sedang membereskan buku-buku di
el dengan tatapan bertanya. "A
a mau tanya soal yang tadi, Pak. Saya masih kuran
sud. Angel pura-pura mendengarkan, namun pikirannya melayang ke
uk ke sebuah rumus di buku catatan Angel. "Coba perhatikan
nya melayang-layang, membayangkan senyum menawan sang guru. "Pak, kalau misalnya ada so
bertanya. Saya senang membantu," jaw
berdebar kencang. Ia menatap mata Pak
ebingungan di matanya. "Ada lagi
kah. "Enggak, Pak. Cuma... m
agi, lalu membereskan buku-bukunya
eluar kelas. Ia menghela napas, merasa sedikit kece
*
ingin menyambut Pak Kriss dan mencari kesempatan untuk berbicar
Kriss," sapanya d
riss, senyumnya tak kalah manis. "
jar lebih banyak," jawab
senang melihat semangat b
apak juga semangat banget ngaja
u murid-muridnya semangat seperti kamu," kata
ak, nanti kalau ada waktu, kita
ng ke ruang guru saat jam i
ke sana," kata Angel,
*
ruang guru. Ia melihat Pak Kriss sedang
anggil Angel,
uk," Pak Kriss menunj
annya. "Pak, saya mau tanya soal ini," ka
kah demi langkah. Angel mendengarkan dengan saksa
anya Pak Kriss, setel
banyak," jawab Ange
mang murid yang pin
," balas Angel, matanya men
awa kecil. "Ka
aling bertatapan. Suasana di rua
il Pak Kriss,
a,
a," kata Pak Kriss, matanya
ncang. "Bapak juga... guru yang ist
ngannya. Angel menyambut uluran tangan i
k Kriss, suaranya
h keheningan di antara mereka. Pak Kr
kembali ke kelas," katany
percakapan mereka terputus. Ia berdiri, lalu be
*
u pada sebuah pulpen hitam yang tergeletak di meja guru. Ia mengenal betul pulpen itu, milik Pak Kriss
is di kompleks perumahan dekat sekolah. Dengan langkah ringan,
melilit pinggangnya. Rambutnya basah, menandakan ia baru selesai mandi. Angel terkesiap, matanya
k Kriss, sedikit terkejut
yodorkan pulpen yang ia temukan. "
," Pak Kriss tersenyum, lalu mempersilakan Angel mas
tu memang terlihat rapi, namun ada kesan kosong karena ha
kan Bapak," kata Angel, ber
kasih karena kamu sudah mengembalikan pulpen saya,"
Pak Kriss, yang masih mengenakan handuk. Tubuhnya yang b
il Angel, su
Ang
eng," ucap Ang
um tipis. "Kamu b
a Angel, lalu menatap mata Pak
Angel adalah muridnya, dan hubungan mereka seharusnya tidak lebih dari guru da
ranya serak. "Kamu masih muda.
saya," bantah Angel, lalu mendekat ke a
s menahan napas, merasakan sentuhan lembut itu. Ia menatap Ange
l membalas pelukan itu, merasa jantungnya berdebar kencang. Me
itu awalnya lembut, namun semakin lama semakin dalam dan penuh hasrat
gendongannya dan membawanya ke kamar tidur. Dengan lembut, ia membaringkan Angel d
lu membuka pakaiannya. Mereka berdua kini telanjang, tubuh mereka saling berd
mencium Angel dengan penuh kasih sayang, sementara Angel membalas ciuman itu dengan
ka berdua mencapai puncak kenikmatan bersama-sama, terengah-engah dan kelelahan. Setelah
*
agi hari, perutnya kembung, dan ia merasa sangat lelah. Kecurigaan mulai menghanSetelah beberapa menit yang menegangkan, hasilnya muncul: dua gari
kukan?" bisiknya, tangannya me
if. Ia mengirim pesan, tetapi tidak ada balasan. Ia pergi k
ana?" teriak Angel, ai
arus memberi tahu siapa. Orang tuanya pasti akan sangat kecewa. Tema
Pikirannya melayang-layang, membayangkan masa depannya yang suram. Saat istirahat, ia
at?" tanya Bu Rina, guru bah
u," jawab Angel, b
kelihatan sedih se
ya lagi. Ia menangis tersedu-sedu.
el. Mungkin Ibu bisa
kan semuanya. Bu Rina mendengarkan den
ata Bu Rina, setelah Angel selesai berce
akut," kata Angel, air
sendiri," kata Bu Rina. "Ibu akan bantu
amilan dan dukungan untuk ibu hamil muda. Ia juga menawarkan u
a Angel, merasa sedikit
mu seperti anak Ibu s
k keluar dari sekolah, karena ia tidak sanggup menghadapi tatapan dan bisikan or
perutnya yang masih rata. Ia membayangkan wajah bayinya,
ya. "Ibu akan berusaha men
ayang, meski tanpa kehadiran Pak Kriss. Ia berharap, suatu