lte bus yang tampak lengang. Udara pagi terasa dingin menusuk tulang, membuatku menggigil kecil. Aku ingin pergi jalan-jalan, menikmati k
g hamil, datang tergesa-gesa. Wajahnya yang sedikit pucat terlihat lelah, mungkin karena baru selesai berbelanja. Tangannya penuh dengan
menambah kesan kumuh. Wanita itu kesulitan mencari tempat duduk karena bus yang penuh sesak. Akhirnya, dia
g manis dan sedikit menyengat. Dengan perlahan, aku mulai mengelus pantatnya dengan lembut. Wa
rti ini," bisiknya, sua
, semakin berani mendekatkan diri. Wanita itu te
kit saja," bisikk
ku dengan sengaja menyentuh payudaranya. Wanita i
g ajar!" serunya,
dengan kuat, menahannya agar tidak bisa pergi. Jantungku
menegang. Aku menggesekkan payudaranya di tiang bus, menciptakan sensasi yang aneh namun menggairahkan. Wanita itu mulai kehilangan kendali. D
ahnya, suaranya ha
h lebih keras, menikmati setiap gerakan dan hentakan yang aku berikan. Tubuhnya melengkung, tangannya mencengkeram tiang bus dengan e
ekali..." desahnya
engan urusan masing-masing, tidak menyadari apa yang sedang terjadi di belakang mereka. Aku mencapai klimaks, memuncratkan spe
lagi..." bisikny
irah. Aku merasa sangat bahagia, seolah dunia ini hanya milik kami berdua. Wanita itu menarik tanganku, memintaku unt
kamu..." bisikny
," bisikku, s
dengan mata berbinar. "Mas, boleh minta nomor teleponnya?" tanyany
onku. Aku tahu persis apa yang dia maksud. Sepertinya
di layar. "Mas, bisa ketemu?" tanyanya, suaranya terdengar bersemangat.
segera menuju penginapan yang disebutkan, dan mendapati wanita itu sedang menungguku d
a," sapanya, menarik tang
tu yang bercampur dengan aroma tubuhnya yang khas langsung memenuhi indra
ing. Aku membuka gaun tidurnya, dan payudaranya yang besar dan montok langsung meny
dengan dialog yang lebih banyak saat
ebih leluasa. Tidak ada lagi kekhawatiran akan dilihat orang lain. Kam
a bergetar saat aku mulai menciu
Sayang," bisikku, suaraku se
a di pinggangku. Kami bergerak bersama, menciptakan irama yang nikmat dan memabuk
ahnya, mencengkeram bahuku. "Le
ng?" tanyaku, memp
u... ah..." desahnya,
biasa. Aku mendengar desahannya semakin keras, d
luar..." teriaknya
ang," bisikku, mem
rgetar hebat. Kami berpelukan erat, merasakan
rasa senikmat ini sebelumny
wabku, mencium keningn
i. Kemudian, aku mulai menciumi tubuhnya l
enti," bisiknya,
berhenti, Sayang," bisi
bih lembut dan penuh perasaan. Kami saling me
kamu," bisiknya,
u, Sayang," bisikku
bercerita tentang kehidupan masing-masing, dan merasa semakin dekat. Ketika ha