***
Ayu buat nikah sama Desi. Kok bisa gitu ya
orang tua masing-masing,
nja, gak menghargai Irfan sebagai laki la
sama Ayu mah main-main. Irfan
rotin, makanya orangtua Irfan
ana, teman-temannya sedang ramai menggosipkannya. Sepertinya mer
bisa mereka membicarakannya di belakangny
epertinya kini mereka menyadari kehadiran dirinya. Wajah mer
sini yuk, biar rame," celetuk
ti aja. Mau makan baso dulu
yang dia harapkan? Mereka berbalik simpati padanya, padahal mereka bar
alaman rumah Desi yang sudah dihias seadanya. Jarak rumahnya dan rumah Desi yang terpisah lima rumah, me
ang mengiringi acara lamaran. Karena tradisi masyrakat di sini, apabila ada yang melamar, maka dari pihak calon mempelai laki-laki akan diantar banyak orang. Apalagi bila sang calon mempela
Bodoh sekali ia pake acara keluar rumah tadi. Gara-gara ingin membeli baso super pedas. Lihatlah akibat perbuatannya sekarang. Ia harus menelan
nya berubah semakin pucat. Ia y
memasuki rumahnya. Bergegas menutup pintu, jendela dan gorden rap
tak besar di sampingnya untuk meminum air dingin guna menyegarkan isi ota
duk manis sambil makan reng
engong? Bukannya
Emak
ngsung diterima Emak dengan senang hati. Dari tadi wanita itu menahan liurnya melihat baks
knya menuang baso ke dalam
rang. Kayak gak ada cowok lain aja." Asih, emak Ayu, memu
kirin A Irfan?
. Kamu masih mikirin si Irfan itu, kan? Buktinya dari tadi
apaknya tiba-tiba datang da
anya kalah terus. Sengaja dia milih Desi biar kamu sakit hati trus gila. Balas dendamnya
m mulu sama uwa Dicky? Jadinya N
aja ke orang-orang. Itu sih Dicky-nya aja yang dendaman soalnya domba jalunya
in bukannya menghindar, giliran kalah, musuhan. Efeknya ke hubungan Ayu
apak sukses dikit langsung nantangin aja. Bapak mah sebenarnya suka menghindar. Dia-nya yang suka deketin karena pengen ngalahin
capan Ayu di
a ngapain kamu sampe segitunya dibelain terus. Udah lupain, ca
terjatuh." Siapa juga yang masih inget Irfan?
ahtangga orang. Awas aja kalau sampai kamu jadi pela
uman gak suka digosipin macem-macem. Ayu kan gak pernah berbuat kasar sama
inggalkan kedua orangtuanya yang
g, bagaimana pun lisannya keras mengatakan sudah melupakannya, ny
*
ung lancar meski Irfan lebih banyak terlihat diam. Kedua orangtua kedu
sanan. Bukan gitu?" Ka
ia begini. Gak bakal j
n ayah Irfan. Semua juga tahu Irfan masih muda, 2
ponselnya kala mendengar bunyi pesan masuk. Dalam sekejap, ia hanyut dengan pons
arena Irfan lebih memilih bercumbu dengan benda mati itu da
ngkah lagi akan menjadi suami istri. Seharusnya Irfan memfokuskan perhati
i empunya hajat dibantu sanak saudara mengeluarkan makan malam di luar ruangan supaya bisa makan bersama-sama dengan para
kan ponselnya. Desi sungguh marah, tapi ia tak berkutik. Tak mungkin, kan, memarahi
nya Desi sambil tersenyum manis. Ia hara
manglingi. Ia memang sudah ke salon dari jauh-jauh hari supaya hari ini ia bisa tampil memukau banyak orang. Hasilnya tida
a, me
rse
ah hati karena meninggalkan Ayu. Seiring waktu ia yakin bisa meraih hati Irfan. Toh dulu, setiap Ayu berhala
n?" Desi berkata lagi. Ia pegal dari tadi memegangi p
njawab ketus tanpa mengalihkan tatapannya dari ponsel membuat kesabaran Desi hil
gan senyum manis. Berbanding terbalik dengan hatinya yang be
tan orang-orang. Desi mulai gelisah saat beberapa oran
iknya. Yang lelaki sibuk memainkan ponselnya, yang perempuan duduk disampingnya, gelisah sendiri. Harusnya di acara sepenting ini, sang lelak
menggenggam jemari Irfan yang satu lagi. Seolah-olah ingin mengatakan kalau
etkan badannya ke lengan Irfan, sehingga buah dadanya menempel di lengan Irfan. Untung
namun Irfan mematikan ponselnya, sehing
i kambing !" Irfan menyahut ketus memb
berpura-pura percaya. Namun jauh dilubuk hatinya, pikirannya te
masih menghubungi I
***