h yang tampaknya lebih seperti beban daripada simbol kebahagiaan. Setiap lapisan kain yang menutupi tubuhnya hany
nya lebih mirip sebuah kontrak bisnis daripada perayaan cinta. Alina menutup matanya sejenak, berusaha mengumpulkan kekuatan, namun bayang-bayang Raya
pilihan yang dia inginkan, namun ia juga tahu bahwa ia tidak punya pilihan selain menaatinya. Semua orang, termasuk Rayan, tampakny
erdua, namun tatapan mereka saling bertemu, seolah berbicara lebih dari sekadar kata-kata. Alina merasakan ketegangan yang
a, suaranya datar, namun ti
genang di matanya. "Aku tidak pernah siap," jawabnya, suara yang ham
pun tangannya terasa seperti besi di tangan Alina. "Kita tidak perlu siap. Tapi kita akan melaluin
alam nada suaranya yang berbeda, seolah dia sendiri tengah berjuang dengan perasaan yang tak ingin dia tunjukkan. Namun, p
mua orang mengamati, menilai, menunggu mereka untuk mengucapkan janji-janji yang akan mengikat mereka dalam pernikahan ini
ang terikat, tentang kekuasaan dan tanggung jawab yang lebih besar dari sekadar kebahagiaan
saja, namun di dalam hatinya, ia merasa kosong. Kata-kata yang diucapkan Rayan terasa seperti kata-kata yang
ra-suara di sekitar terasa begitu jauh, hanya suara hatinya yang terdengar jelas. Ia tahu bahwa tida
menjalani hidup ini, meskipun aku tidak tahu apa yang akan terjadi." Suaranya terdengar tegas meskipun ada gemetar di ujung k
at kebencian, kebingungan, atau rasa hormat dalam pandangannya. Namun, apapun itu, Alin
uanya tampak berjalan sesuai dengan rencana, ada perasaan yang mengganjal di hati Alina. Ia tahu bahwa pernikahan ini
u yang lebih besar-sebuah perjalanan yang penuh dengan pergulatan emosional, kebingunga
, ia harus berjuang untuk menemukan kebeba