adi bayangan yang terus menghantui setiap langkahnya. Rayan, meskipun bersikap dingin dan penuh perhitungan, tampaknya tidak memberi kesem
amarah yang membara. Setiap malam, dia menangis di dalam kesunyian kamarnya, berdoa agar ada ja
ekan menyelimuti dirinya ketika dia memasuki rumah megah itu beberapa hari kemudian. Rumah itu besar, seakan mencerminkan betapa
ah menunggu seseorang yang harus memenuhi ekspektasinya. Dia tidak menunjukkan emos
n, suaranya serak dan
disediakan, merasa seakan dirinya hanya sebuah benda yang tidak bernilai. Rayan duduk di depann
a-tiba, memecah kesunyian. "Pernikahan ini akan
lit untuk dikendalikan. "Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku, Rayan? Apa
ingin kamu menjadi bagian dari hidupku. Tidak lebih, tidak kurang. Aku butuhmu untuk men
permainan besar ini-permainan yang tidak pernah dia pilih. Perasaan m
k ada tempat untuk cinta dalam semuanya?" Alina berkata de
kosong. "Cinta itu hanyalah ilusi dalam dunia ini. Kita semua berperan sesuai dengan apa yang diinginkan kelua
ghancurkan kehidupannya, tetapi juga membuatnya merasa begitu tidak berharga. Semu
rinya-perasaan ingin melawan. Jika dia tidak bisa memilih, dia akan mencari cara untuk
isa memaksa aku menikah denganmu, tapi kamu tidak akan bisa men
n rasa heran dalam tatapannya. "Kamu berani melawan?" tanyanya,
anamu tanpa melawan. Kamu mungkin sudah mengatur semuanya, tapi aku akan
ndangi Alina dengan intensitas yang lebih dalam. "Kita akan lihat sejauh mana kamu bisa bertahan," katany
isa menghindari pernikahan itu, tetapi dia pasti bisa mengubah segalanya-perjuangan untuk k
ai, dan Alina bertekad untuk