ngkah pelan menuju sekolah. Langkah mereka tak tergesa, lebih karena kaki mereka sibuk melangkah pelan, se
dan panjang," bisik Bu Nila dengan suara setengah tertelan, m
rasaan gak pernah jualan te
Bu." Bu Nil
pelan dari desiran angin. "Ih, kalau itu sih beneran. Bi Wati juga pernah bi
ya Bu. Bah Udin itu udah tua. Mau panjang atau gede jug
ta Bi Wati masih seger keliatannya lagi
tanya membelalak. "Emang Bi Wati uda
sambil cekikikan. "Gak t
hi pikiran yang tidak semestinya. Dalam hati mereka mulai di
inggir jalan. "Eh, Bu Nila, kelapa tu
ah, itu dia! Siapa tahu Bah
ga sudah diincaran Tante Amor
uami dan anak brondongku
lama kemudian tiba di sekolah dengan
*
sambil menyeret sabit dan karung goni. Tujuan mereka mulia-mencari
ngung dan kepingin. "Bu Nila tuh udah kayak sinyal WiFi di rumah orang kaya, sela
ntara Firman nyengir samb
rtanya, menyebut nama suami Bu Nila, yang juga guru senio
h. Tapi lebih takut kalau nggak d
. "Eh jangan fitnah lu, Wan. B
ulu dia guru agama kita? Tiap hari ceramahin
ap gua ketemu sekarang, auratnya emang masih k
hening
la memang agak ganjen. Meski jilbabnya panjang dan gamisnya selalu rapi, auranya leb
" Firman tiba-tiba memotong. "Gu
di langsung b
ta. "Bini Mang Amsar yang kalau ng
"Gua tahu dia galak, Wan. Tapi entah kenapa,
gnet apaan, Fir? Lu yakin
a nggak tahu! Tiap dia marah
ham. "Oh, lu suka S
irman buru-buru memban
inya dia ingin bilang, 'Lu semua m
ung," kata Wawan akhirnya. "Asal siap dik
an adegan dirinya berlari
em juga ya,
memotong rumput, sesekali tetap ten
ang dari tadi cuma senyum-senyum akhirnya angkat bi
ila, Bi Wati, mereka tuh udah p
hampir bersamaan, seperti dua pria yang baru saja menem
ajahnya serius. "Gua penasaran. Katanya, wanita setengah bay
k anak muda yang masih malu-malu, mereka tuh
awa. "Jadi, lu
n, tapi juga pengen ngerasain. Kan k
di kampung kita, rata-rata anak muda malah su
engan enteng. "Mungkin bia
ongo. "Ma
rus modal. Jajanin cilok, beli es teh manis, traktir makan. Lah, kalau sama emak-emak?
, mencerna te
buat deketian Tante Amor?"
a, Tante Amor, penuh misteri, gu
a dia bersorak, 'Ternyata kita sepemikiran, tapi maaf ya, gua
tau tiga pemuda sambil ngarit, atau bisik-bisik dua guru SD di pagi buta, hanyalah
ank emok dan pinjol, hingga bapak-bapak ronda serta anak muda la
sama. Bedanya, mungkin hanya soal siapa yang berani melangkah
*