enuhnya menampakkan diri, kehidupan di kampung sudah mulai menggeliat. Di setiap rumah, suara burung berkicau, alat d
p suaminya, Mang Amsar, yang tampak terburu-buru dengan tubuh masih setengah terbangun. Dini bangunnya kesiangan!" Bi Wati mulai menggertak, nada suaranya makin meninggi. "Gimana si
da itu tugas, tugas! Biar nggak ada pencurian di kampung, kita?" jawabnya dengan terbata,
u justru rondanya gak jauh-jauh dari rumah si Amor! Apa kamu kira aku ngga
Aku cuma jaga di rumah Tante Amor kan kalau ada tugas dari Pak RT. Om Alfi
h tangga kita, Amsar?" Bi Wati mulai mondar-mandir di ruang depan, gelisah dan tak sabar. "Kalau kamu masih su
pala yang pusing akibat kurang tidur. "Wati, ka
kamu lebih sayang sama rumah orang lain! ingat usia udah mau punya cu
uar dari mulut Bi Wati semakin tajam, dan Mang Amsar yang h
i tegang, dan dari luar, tetangga mulai memperh
ngun tidur bertemu dengan suara cekcok dua orang tua yang menjadi saksi mata dari pergulatan perasaan yang ta
uar dari mulut Bi Wati dan Mang Amsar. Ada Mbak Darmi yang tengah menyiram tanaman di halaman depan
a menangkap setiap detail pertengkaran
i rumah Tante Amor ya?" bisik Mbak Darmi kepada Pak
obrol, tapi nggak tahu deh... Bi Wati pasti marah banget, kalau udah kayak
abung, mengangkat ember dengan hati-hati, mencoba mendengarkan dengan se
tetangga terus begadang sampai pagi, ya kan?" Ia menambahkan dengan nada yang lebih rendah, sej
ngomel-ngomel nggak karuan?" Bu Endang be
Mbak Itar sambil menyentuhkan tangannya pada air sungai yang mengalir jernih. "D
ja, sih, kalau mau begadang. Tapi kalau udah nyampur dengan urusan ru
dan suamiku,' celetuk Bi Elah dalam hati, sambil me
msar semakin berkembang. Mereka saling menambahkan cerita dari sudut pandang masing-masing, membuat obrolan itu tak hanya berputar pada
i, bisa makin runyam tuh, tahu sendiri Bi
ruannya itu, padahal belum tentu juga, lagian kita juga tahu siapa Tante Am
engalir begitu saja. Terkadang, apa yang tampak di luar itu hanya topeng, sementara ke
Di teras rumah sederhana mereka, di bawah teduhnya pohon rambutan, suara cekikikan dan obrolan santai ibu-ibu berkumpul. Seb
kan hanya soal urusan rumah tangga, eh, tahu aja dia soal semua yang ada di sini. Terus kalo
punya rumah gede. Terus, lihat aja gaya berpakaiannya, kayak artis-artis itu, ya. Tapi tetep rendah
pada suka sama dia. Sopan banget, walaupun bajunya modern, nggak ada yang nggak suka." Bi
manisnya mereka, ada
goda para lelaki kampung kita. Dia tuh sengaja lho, kayaknya sih pengen cari perha
yang sedang duduk santai langsung terdia
ng Mang Amsar seganteng apa sih?" B
g film, mana ada sih Tante Amor mau godain suami-suami kita yang penuh lumpur sawah?" tam
a ada rasa panas yang kian membakar. Tak tahan lagi, ia pun berbalik
Emak-emak tetangganya yang sedari tadi memuja-muji Tan
onte Amor!" maki B
embali penuh tawa, dengan Bi Wati yang semakin men
obrolan ringan yang ceria. Walau gas melon langka, mereka t
*
tu yang terkunci memuat konten khusus dewasa dengan eksplorasi