lelaki tua yang duduk santai di atas batu besar. Dari kejauhan, suara jang
ya perlahan seakan menikmati udara sore yang begitu segar. Di sampingnya, Pak Mirta, yang sudah
terdengar sedikit cemas, "Kamu nggak merasa
sih penuh ketenangan. Dia mengangkat bah
hal-hal yang nggak biasanya terjadi. Abah nggak merasa ada yang berubah? Banyak yang bisik-bisik di
n menghisapnya dalam-dalam. "Pak Mirta, kamu kebanyakan mikir. Kam
pun nggak tampak jelas di permukaan. Abah nggak curiga dengan kehadiran keluar
er gosip. Pak Alfian itu pengacara terhormat, sering tampil di teve dan pastinya orang baik-baik. Bu Amor istr
u Amor? Terlalu dekat dengan anak-anak muda di sini. Saya dengar banyak yang merasa ada yang nggak beres, se
sinarnya meredupkan cahaya di atas pematang sawah. Dia menghisap rokokny
daktahuan. Pak Alfian dan Bu Amor mungkin tampak beda, tapi itu bukan berarti mereka jahat
beres. Kampung kita yang dulu tenang ini, mulai terasa ada yang gelap. Banyak yang udah m
nggak bisa hanya menilai dari apa yang tampak. Kalau kita semua berpikir bahwa sesuatu yang baru selalu buruk, kapan kampung ini
in yang berdesir di sekitar sawah. Matahari semakin rendah, langit mulai menguning, dan
a Bah Udin, masih ada sedikit pe
*
briku
n sawah yang baru saja digarap. Bah Udin meregangkan tubuh, melepaskan kepenatan setelah seharian men
k rimbunan bambu, tak jauh dari situ. Dengan langkah gontai, ia menyusuri pematang sawah, m
lah sana, ia melihat dua sosok tengah berbincang. Seorang lelaki muda d
kening. 'Mak Yati dan
tan kekerabatan. Tak ada yang aneh kalau mereka berbincang bahkan sering pergi ke sa
ayati atau biasa dipanggil Mak Yati, janda berusia 54 tahun, ditinggal mati kurang lebih setahun yang lalu.
elah mencangkul, melainkan karena kecurigaan yang menyeruak dalam pikirannya yang tak bisa lagi dienyahkan. Ia
ener manusia gak punya
yang cukup tinggi. Pandangannya tak lepas dari dua sosok yang masih berposisi me
kanan kiri memastikan tak ada orang di sekitar, mereka pun bergerak me
Tempat berteduh Mak Yati atau petani lain saat siang terik atau kala hujan turun
i-hati, memastikan langkahnya tidak menginjak ranting k
dia jongkok diantara ilalang yang cukup tinggi, lalu lelaki yang semua rambutnya sudah memutih itu, memberanikan dir
membelalak, mulutnya ternganga, tetapi tak ada suara yang keluar saking kaget dan terpana
berbisik-bisik mesra, namun lebih dari sekedar itu
di sana, tertegun, selama beberapa menit sebelum akhirnya memutuskan untuk
nan yang ia injak. Namun ada satu kalimat yang terngiang-ngiang di tel
ya? Atau jangan-jangan justru si Dadang juga biasa maen dengan Mak Yati mertu
l dengan Pak Mirta kemarin," gumannya s
apa yang ngajarin?" Bah Udin kembal
rang gaul dengan sesama anak muda seusianya. Selama ini dia lebih banyak menghabiskan waktu di sawah bertani atau men
bukan Gandi pilihaannya, masih ada Panji, Dedi dan lain sebagainya yang jauh le
yang kian berkecamuk dalam kepalanya. Bahkan ketika gerimis mulai turun d
Pak Mirta benar. Rusak kampung ini, aku selaku ka
*