han Azrael-pria yang baru saja dia kenal, tapi seolah sudah menguasai setiap sudut hidupnya-terus mengganggunya tanpa henti. Matahari yang menyinari kamarnya tida
membayangi. Ia merasa seperti ada sesuatu yang tak terlihat membelenggunya, menahannya di tempat yang tak bisa ia
uah keputusasaan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Setelah semua yang terjadi, setelah pengkhianatan yang ia terima, kini ia terj
yang kamu pilih, Melinda, maka kamu harus siap menghadapi segala akibatnya."* Kalimat itu terngiang begitu kuat, seolah-olah setiap kata adalah jan
am Melinda pada dirinya sendiri, menatap cermin dengan
ada. Namun, suara ponselnya yang berdering tiba-tiba memecah kesunyian. Melinda men
an. Aku akan menunggumu di kantor besok
irinya, namun juga ada ketakutan yang menggerogoti jiwa. Waktu. Itu kata yang paling menakutkan bagi Mel
rat, seperti terjerat dalam jaring yang semakin mengikat. Hatinya ingin melawan-ingin mengatakan tidak pada Reyhan, tetapi rasa takut itu be
a menginginkan sesuatu, dia pasti akan mendapatkannya. Dan Melinda... melawan pria sekuat itu sama sekali bukan pi
uara gemetar, meski ia tahu kata-katanya mungkin tidak berarti apa-ap
ang memberontak, sesuatu yang mengatakan bahwa dia tidak bisa memilih Reyhan hanya karena ancaman yang disampaikan dengan begitu dingin. Tapi ada juga bagian dari di
kacau. Saat itu, teleponnya berdering lagi. Melinda menatap layar po
erlalu lama. Jangan membuat
hu bahwa ini bukan hanya tentang Reyhan. Ini tentang dirinya sendiri. Tentang harga diri yang sudah hancur, tentang pengkhianatan
akin cemas. Setiap orang di sekitar kantor itu tampak sibuk, tapi semuanya terasa kabur di matanya. Ia hanya ingin melihat Reyhan, b
rkejut. Seakan-akan ia sudah tahu bahwa Melinda akhirnya akan datang. Tatapannya yang d
ya lebih lembut dari biasanya. "Kamu
ya. "Aku datang untuk mendengar alasanmu, Reyhan," jawab Melinda, suaranya bergetar namun berusaha
belumnya. Aku menginginkanmu sebagai tunanganku. Tapi ini lebih dari sekadar kesepakatan. Ini tentang siapa kamu dan apa
kali ini, ia harus memilih dengan bijak. Namun, bagaimana bisa memilih antara keb
da, suaranya hampir tak terdengar. "Tapi aku tahu,
yang kamu pilih, Melinda, maka kamu tahu, semuan
asti: apa pun yang ia pilih, hidu