ya, Han!" suara Keis
ya. "Ehm, iya," jawabku singkat, m
anya. Perlahan, dia melepaskan sandarannya dan melangkah mendekatiku. Tanganny
ku menempel erat pada panel dingin. Keisha terus mendekat, dan dengan gerakan tiba-tiba, dia mendorong tubuhku dengan lengan tangannya yang masih menyilang di bawah dadanya. Aku terkeju
sha terlihat sangat santai, ekspresinya datar namun menyimpan aura dominasi yang kuat. Aku kembali melirik ke layar display lift. An
kan wajahnya ke wajahku. Perbedaan tinggi badan membuat dia harus sedikit mendongak saat berb
mengeluarkan gumaman bodo
tersentak. Senyum manisnya benar-benar hi
n kehilangan kata-kata. Gila! Wajahnya memang cantik bak bidadari, tapi saat m
i?" Ujarnya dengan nada sinis. Tangan kanannya bergerak cepat, mencengkeram payudaranya sendir
? Apakah ini semacam ujian tambahan yang aneh untuk bisa diterima di perusahaan
ar-benar di luar dugaan. Dia terse
nya dengan nada menggoda yang mengerikan. Bersamaan dengan itu, tangannya berger
g tergerai indah. Kemudian, tanpa ragu sedikit pun, dia melepaskan kancing celana
gaku, suaranya sarat akan tantangan dan... sesuatu yang lain, sesuatu
kecil berwarna pink yang menggemaskan. Tubuhnya sekarang hanya tertutup celana dalam mini yang nyaris tak mampu menyembunyikan apa pun. Di hadapanku, terpampang jelas keindahan tubuh seorang wanita, dua gunung kembar dengan ketinggian yang membuatku terpana. Napasnya memburu, begitu juga nafasku. Suasana di
pemandangan di hadapanku. Keisha menangkup payudaranya yang tampak montok di balik blus ketatnya. "Kamu nggak mau pegang ini?" lanjutnya, senyum nakal tersungging di bi
-tiba menjadi sangat liar ini. Keisha, dengan segala pesonanya yang be
esah sensual. Aroma parfumnya yang manis bercampur
pat. Sial. Kenapa dengannya? Apa dia s
at, merapatkan dirinya ke tubuhku. Wowww. Sensasi kenyal dari dadanya terasa jelas menempel di dadaku. Dari j
di atas celanaku, tepat di bagian selangkanganku. Dia pasti merasa
nnya yang kecil berhasil menyelinap masuk ke dalam celanaku, menerobos karet pinggang tanpa melepaskan
k turun juga celana dalamku. Mataku terbelalak menatap aksinya yang begitu berani dan terbuka. Ia menatap "pedang pan
tang penisku. Tangannya bergerak naik turun, mengikuti kontur tubuhku. Kurasakan sentuhan lembut dari ku
idak terlalu kuat, namun mampu membuat penisku terasa geli dan nikmat secara bersamaan. Ia melakukannya sambil menatap wajahku intens. Aku hanya bisa mendongak, berusaha me
nya Keisha, matan
yang diberikannya. Kemudian, tanpa aba-aba, K
nsual melingkupi seluruh kepalaku. Nafasku tercekat. Sensasi yan
angat lihai, seperti seorang profesional. "Achhhh... achhh... haahhhh," aku tak kuas
, mungkin karena rasa tidak nyaman akibat penisku yang menyentuh bagian b
daku. Pertahananku mulai runtuh. Aku hampir m