img Hasrat Liar Darah Muda  /  Bab 6 Serangan Fajar | 20.69%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 6 Serangan Fajar

Jumlah Kata:1287    |    Dirilis Pada: 02/01/2025

kancing kubuka perlahan, merasakan kain katun yang lembut itu meluncur turun dari tubuhku. Bra berwarna krem yang menopang payudaraku menyus

inggangku yang melengkung, lalu turun ke paha dan betis. Tiba-tiba, bayangan Meilani muncul di benakku. Aku masih ingat jelas momen saat kami berdua berdiri telanjang di depan cermin yang sama di kamar kosnya dulu. Payudar

lit yang halus dan hangat. Sentuhan itu mengirimkan sengatan geli yang menjalar ke seluruh tubuhku, membuat bulu kudukku mere

pacarnya menjilati, menghisap, dan meremas payudaranya. Aku selalu menutup telinga, tapi entah ken

da putingku yang mulai terasa mengeras. Sentuhan ringan berubah menjadi sedikit tekanan, lalu sedikit cubit

ku terus membelai diriku sendiri, sesekali memijat lembut, sesekali mencubit gemas. Pikiranku dipenuhi bayangan tentang sentuhan-sentuhan yang perna

ebih seksama. Meskipun tidak sebesar milik Meilani, tapi kurasa cukup indah. Putingk

u cukup berisi. Aku masih ingat bagaimana Meilani pernah bercerita kalau Jimmy sangat suka memukul pelan bokongnya saat

an tubuhku yang paling intim. Sentuhan awal terasa sedikit basah. Aku memejamkan mata, menikmati sensasi geli yang menjalar. Ini bukan pertama kal

cil lolos dari bibirku. Sensasi yang kurasakan semakin intens, membuatku sedikit kehil

tu akhirnya datang. Tubuhku mengejang sesaat, lalu l

ibir sedikit bengkak, dan rona merah di pipi. Aku merasa sedikit malu, tapi juga sedikit... puas. R

kulitku dengan sabun beraroma lavender, mencoba menghilangkan jejak-jejak kebodohan pagiku. Tapi jauh di lubuk hatiku, aku

l sedikit berbeda. Mungkin, ini efek dari kebodohan pagi tadi. Atau mungkin, aku hanya ingin merasa sedikit lebih... menggoda. Siapa ta

EMPA

Meil

i

uspita. "Mei, gimana kabarmu? Maaf ya baru sem

rti kakak sendiri, meskipun usia kami tidak terpaut jauh. Aku merasa bersalah karena tidak me

Jimmy. Dasar aku memang bodoh. Bahkan saat ini, di pagi buta yang masih diselimuti kegelapan... Jimmy masih memompa t

langsung terbuka lebar, menatap langit-langit kamar apartemennya yang remang-remang. Sempat tadi aku berontak, mencoba mendorong bahunya yang kekar menjauh, namun lagi-lagi rasa nikmat itu menga

an sedikit protes yang sebenarnya basa-basi. Jantungku berdegup kencang, bukan hanya

gairah. Aku bisa merasakan seringai nakalnya di bibirnya, meskipun aku tidak bisa melihat

usukan Jimmy dengan hangat. Kutahan sekuat tenaga untuk tidak mendesah terlalu keras, takut membangunkan tetangga, nam

agi membendung luapan rasa yang menjalar

s. Tawa yang selalu membuatku kesal sek

ghujam dalam ke vaginaku, membelai dinding-dinding vaginaku dengan kasar namun memabukkan. Hanya desahan dan erangan tertahan yang lolos dari bibirku. Posisiku sek

pemandangan yang memabukkan, setidaknya untuk Jimmy. Aku bisa merasakan penis Jimmy menghantam titik terdalam di va

mengakui kenikmatan yang kurasakan. Mata terpejam, aku hany

iap sentuhan, setiap gesekan, terasa begitu intens. Sepertinya aku akan se

mbuatku semakin kehilangan kendali. Aku mencengkeram sprei denga

itu semakin mende

atapnya dengan bingung. Apa dia sudah keluar? "Please Jim, terusin..." pikirku penuh harap, merasakan

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY