Wajahnya yang biasanya ceria kini terlihat murung, dan perasaan berat menjalar di hatinya. Di sampingny
nya serak, seolah mencoba menahan perasaan
ng hampir jatuh. Ia bisa merasakan bahwa i
bisa mencari pekerjaan yang lebih dekat?"
ku juga nggak ingin pergi, Nis. Tapi ini kesem
tangis. "Aku tahu, tapi... kenapa sekara
dari kenyataan, Nis. Tapi aku janji, apapun yang terjadi, aku akan selalu ada untukmu. Kita akan tetap be
bagaimana jika kita mulai berubah seiring berjalan
"Aku tahu ini akan sulit, Nis. Tapi percayalah padaku, percayalah pada kita.
sa tetap setia?" Nisa bert
in, Nis. Kita sudah melalui banyak rintangan, dan jarak ini hanya akan
bingung, takut, dan rindu pada saat yang bersamaan. "Aku t
kan tetap sama, Nis. Waktu dan jarak nggak akan mengubah apa yang kita miliki
tnya dalam hati. Meski hatinya penuh keraguan, ia berusaha meyakinkan dirin
an wajahnya untuk mencium kening Nisa. "Aku akan ke
ahu bahwa keputusan ini bukanlah yang mudah, namun ia jug
uju pintu keberangkatan. Nisa menatapnya pergi, hati terasa seperti terk
enting dalam hidupnya. Pesawat yang akan membawanya pergi sudah semakin dekat, dan detik-detik itu terasa begit
mendadak menjadi jauh dan sepi. Semua kenangan bersama Rian berputar-putar di pikirannya. Mereka perna
Nisa mengambil ponselnya dari tas, dan melihat na
dengar dari ujung telep
tangis yang mulai mendesak keluar. "Aku di si
u, aku nggak akan pernah jauh dari kamu. Apap
i. "Rian, aku takut. Takut kita akan beruba
akan terus berusaha, dan kita akan berjuang bersama.
gin percaya itu, Rian. Tapi... aku nggak tahu berapa lama aku bisa bertahan tanp
setiap menit, aku akan selalu di sini, meneman
dan penuh keyakinan. "Aku tahu kamu kuat, Nis. Kamu sudah sela
ata Rian. Meskipun hatinya masih terasa sakit, ia tahu bahwa perasaan ini-per
k, suara penuh keyakinan meski air mata m
s, aku akan ke
ngan sebuah kata yang terasa
n raya yang sibuk. Pikirannya kacau, hatinya terasa seperti terbelah. Meski kata-kata Rian memberikan sed
ang yang masih lalu lalang, tetapi bagi Nisa, waktu seperti berh
sendiri. Ia tahu, ini bukan perpisahan selamanya. Rian akan kembali, sepe
uah surat yang Rian tulis sebelum berangkat. Surat yang menjadi pengingat akan janji mereka. Dengan
, cin
a, dan aku percaya kita bisa melewati ini juga. Jarak akan membuat kita lebih kuat, waktu ak
bali, aku ingin kita memulai semuanya dengan cara yang lebih baik. Jangan ragu
cinta
tes, namun kali ini ia tidak merasa seberat tadi. Ada sedikit kedamaian yang mulai meresap di hatinya. Rian tidak akan meng
a melihat nama Rian muncul di layar. Sek
sedikit tergetar namun m
jelas dan penuh perhatian. "Aku hanya ingin kamu tahu, kamu
lebih ringan. "Aku tahu, Rian. Tapi kadang aku mer
ernah pergi dari hidupmu, meski aku jauh di sana. Kamu
ragu yang sempat mengganggu hatinya mulai mereda, digantikan dengan key
rsama. Satu tahun, dua tahun, sepuluh tahun pun kalau perlu, aku akan
yang hampir pecah. "Aku akan menunggumu, Ria
empat yang sama. Tiba-tiba, suara pengumuman terdengar di seluruh termin
an akhirnya, suara berat. "Tapi
ngan lembut, hatinya hampir
u. Aku akan kembali, Nis, dan kita akan menjalani hid
ru yang menguatkan dirinya. "Setia tanpa ragu," jawab Nis
is," Rian berkata,
nta kamu, Ri
uatan yang datang dari kata-kata mereka. Meskipun perpisahan ini sangat berat, ia tahu bahwa cinta mereka jauh lebih besar dari
ambu