ak
aja laju motornya tidak terlalu kencang. Jadi, mobil yang
nya sambil menghentikan laju mo
odinya saja sudah dapat diterka jika mobil itu mahal harganya. Dengan badana mobil pun t
air hujan sampai masuk ke
akhirnya nampaklah sosok lelaki berwajah tampan deng
a panjang lebar. Bukannya membalas ucapan Lona lelaki itu pun hanya tersenyum meremehkan. Sambil menoleh ke arah Lo
keluarkan untuk perawatan mobil ini setiap bulannya?" tanya lelaki itu dengan di
di, mana saya tau berapa banyak uang yang anda keluarkan untuk perawatan mobil ini," balas Lona jujur. "T
k setir mobilnya sendiri. Samp
gue. Gue nggak mau tau. Cepat ganti rugi!" bentak lelaki itu mulai naik pitam
an orang susah. Pasti dengan mudah anda bisa memperbaiki mobil ini. Mohon ampun i saya, Mas," ujar Lona dengan tangan yang ditangkupkan di de
rang juga!" bentak lelaki itu dengan suara yang ti
akan orang di tengah jalan seperti ini. Maksudnya melampiaskan kemarahannya pada orang ini. Untung saja, tiba-tiba ponselnya b
pada lawan bicaran
mpai-sampai juga. Padahal, saya sudah bayar
u saja mengalami kecelakaan sedikit. Tung
tunggu. Jang
Tut. Sambungan
aket. Namun, karena ia sangat tergesa-gesa. Makanya, ponsel pintar itu belum sempat masuk ke d
u deras. Ia cepat-cepat memasukkan tubuhnya lagi. Tanpa di sengaja mata si lelaki pun menangkap sebuah benda yang tergeletak tepat di bawa
ak pandang diantara guyuran hujan yang sangat terbatas seperti ini. Membuatnya harus ekstra fokus menatap jalanan di dep
dari motornya. Lalu segera masuk ke dalam kedai. Sebelum masuk, Lona melepas helm dan jas hujan yang sedari tadi ia
ak tadi berdiri di belakang sebuah mini bar. Menatap jaket yang dike
us, seperti tambahkan atau kurangkan pedas, tambah sayur, tambah ini itu. Jadi, Lona harus benar-benar sesuai pesanan. Agar tidak mengecewakan pelanggannya. "Bentar.
kan gawainya itu. 'Aduh. Ponsel gue mana? Apa mungkin ada di motor? Masak sih? Kayaknya gue nggak
onsel saya di motor dulu," ka
kan," balas si pel
enda pipih itu di kedua dashboard yang ada di bawah setiranny
di jalan. Atau jatuh di tempat tadi? Aduh gimana ini? Pasti pe
ong. Ia tetap tidak menemukan ponselnya. Sehingga ia ti
ber. Lalu dengan langkah gontai ia pun membawa penyimpan mak
menoleh, lalu menatap tampang rekan kerjanya yang tengah bergegas mendekat. "Loe ditunggu
pelanggan yang nggak gue sele
berada di gedung berlantai tiga ini sampai sinar mentari sudah meredup seperti ini. 'Berart
Ada pelanggan yang kecewa?" tanya lelaki itu. Lona pun tak menjawa
ah terlihat sangat sepi itu. Bahkan, sepanjang Lona masuk ke dalam. Ia tidak menemukan
sisa-sisa tenaganya ia
uangannya. Lona pun segera melakukan
memanggil saya?" t
!" kata Pak Raymond yang lagi-
segera duduk di kursi
tanya Pak Raymond yang membuat Lona mengangk
saya?" balas Lona d
bisa memecat karyawan secantik kamu," ba
a Bapak mema
l, dia sudah membayar lewat aplikasi kan?" ujar Pak Ra
jatuh. Makanya saya tidak bisa meny
d pun beranjak dari kursinya lalu du
a kasi
nsel kam
a,
Raymond sambil menyentuh pundak Lona. Sontak Lona pun mengangkat wajahnya. Lal
d Bapak apa ya?"
kamu tidak merasakan belaian hangat laki-laki, kan?" uja
a Lona sambil berusaha berdiri. Namun, Pak Raymond yang berdir
tama kali bertemu," kata Pak Raymond dengan kedua tangan masih memegangi pundak Lona. Mengun
ngek Lona sambil berusaha melepaskan diri. Namun, usahanya gagal. Ten
umam Pak Raymond dengan ekspre
nga