esta lajang untuk sahabatnya, Zeanne, sedang berlangsung dengan meriah. Flora sebenarnya buka
at Flora dan melambai dengan antusias. "Flora! Akhirnya k
datang. Aku nggak mungkin melew
mu suka, tapi aku senang banget kamu bisa di sini. Kamu t
memang tahu aku nggak nyaman di tempat ramai sep
tu, Flora. Selalu ada buatku, meskipun
i bukan dunianya, Flora merasa senang bisa ada di sana, bersama Zeanne di momen p
ngah kerumunan. "Ayo, mari kita buat malam
lroom yang luas, dihiasi lampu kristal yang berkilauan. Mereka berada di salah satu h
ap cahaya dan dekorasi yang tampak elegan, tetapi suasana
inding-dinding ballroom. Aroma alkohol yang menyengat perlah
ang ia kenal. Dia hanya ingin malam ini cepat berlalu, demi
rang pelayan yang melintas. Matanya masih teralihkan oleh Zeanne yang tertawa bersama
dingin itu mengalir dengan lancar, tetapi se
han, dan baru menyadari bahwa i
a pelan pada di
wa dia tanpa sengaja menenggak a
pa yang baru saja terjadi. Flora menatap gelas kosong di tan
teriak Zeanne yang tiba-t
kan Zeanne. "Aku nggak bisa, Ze, rasanya kepalaku mulai pusin
ar, dia tetap menggandeng tangan Flora, menye
anne berseru, tak menyadari
abur, lampu-lampu di ballroom yang berkilauan tampak berputar-putar di sekelilingnya. Kepalanya berkun
ehilangan keseimbangan. "Ze ... aku-" Sebelum sempat menyele
ya tertahan oleh sesuatu yang kuat. Seseorang t
nya untuk menemukan dirinya bersandar pada dada seseor
nya suara bariton yang t
hu siapa pria itu, tetapi rasa aman yang tiba-tiba muncul dari gengga
i sahabatnya, bergegas menangkup k
" Zeanne berjongkok di samping Fl
ntunya duduk di kursi terdekat. "Dia butuh air
kan diri di tengah rasa pusing yang masih menguasai
Aku akan membawa dia keluar untuk mendapatkan udara segar. Dia butuh istirahat." Nad
anda-tanda yang mencurigakan, tetapi ia te
akan di lingkaran kalangan kelas atas ini. Semuanya sudah diatur dengan
laan napas, Ze
ja. Aku percaya padamu," kata Zeanne sambil men
an mengangkat Flora dalam gendongannya, tubuhnya yang kekar den
hu persis ke mana tujuannya. Di luar ballroom, suara dentuman musik da
obil mewah yang terparkir di sudut. Ketika pintu mobil terbuka, Flora, yang setengah sadar, mendapati dirinya dengan cep
an setengah sadar melalui cermin spion. Dengan satu gerakan halus, tangan
itu, dan tak ada seorang pun yang menyad
n cepat, meninggalk
nggamanku malam ini!" b