umah. Ia menoleh ke sekitar. Tak lama kemudian,
nta saya untuk
pan sopir. Ia lantas masuk ke mobil
bus menuju sebuah kantor kecil
Mas Bagas saat ini. Dia tidak meminta izin dulu sebelum perg
sampai,
. "Ah, iya Pak
langkah laki-laki itu menuju sebuah ged
a cita-cita ingin menjadi seorang guru. Sayangnya, itu cuma mimpi belaka. S
mengambil pesanan ibunya. Dari sanalah mere
Laras cuma berdiri sambil menunggu pi
i cuma sebagai seorang asisten rumah tangga, asalkan bisa
as
annya setelah terdengar seruan dari d
an dua orang perempuan muda. Lara
Ruangan itu teramat sempit jika disebut sebuah kantor. Mungk
ya senang melih
uan itu cuma tersenyum tipis me
memberi isyarat. Tinggallah Laras yang mulai mer
s tersenyum manis pada perempuan muda
ausan sebab di rumah tak ada air mineral. Ga
Laras menyesap pada ca
Biar lebih akrab juga, karena sebentar lagi kita akan menjadi rekan kerja
m tipis. "Ya,
"Ayo habiskan teh nya!
angkir teh hangat yang sudah Frans bumbui obat tidur. Hingga saat i
ntas memapah Laras menuju sebuah private r
biadab itu melucuti pakaiannya. Hingga saat Frans mulai me
tubuh polos Laras di tengah ranjang. Setelah bira
. Pak Handika bisa langsung kesin
antas melirik ke arah ranjang di ma
ang laki-laki tiba di ruangan Frans
m sadar kok!" Frans menggiring laki-laki paruh baya
Frans tersenyum gembira. Dia
t seonggok tubuh perempuan muda tanpa busana yang sedang terg
saknya dengan cukup kasar. Berangsur matanya terbuka. Ia jelas terkej
aaa
a lakukan?! L
aki itu sedang melakukan hub
ah bayar mahal!" g
tercen
p
ns sudah
amun saat ia berusaha berontak
banget kam
gga saat laki-laki itu pergi, dia nyaris pingsan kelelahan. Na
, Sa
! O
ea
ng. Laki-laki seumuran Bagas itu men
itu yang ia dengar sebelum kesa
. Setelah menepikan motornya di teras, l
ni
as suda
l
dangan yang sering dibawanya. Situasi ru
kamu d
ngkus, Bagas berjalan begitu be
ng dilihatnya di sana
e tengah meja makan, lantas ditutup deng
sudah buntu. Namun, saat motor bututnya melintasi wil
mu lulusan tinggi dan seorang sarjana, tapi tidak salah j
mata teringat u
ng tuanya di Solo. Pak Kardi bekerja sebagai sopir. Namun setel
gantar Pak Handoko menuju kantor. Pak Handok
dengan anak yang
setelah sempat dilar
gi pada orang tuanya. Bagas turut prihatin. Kemudian dia menerim
ia kembali memikirkan Laras. Ekor matanya melirik ke arah jam
am. Kenapa istriny
s, tapi dia tak punya pulsa.
h. Mas bawakan nasi rames kesukaan kamu. Mas
nunggu pesan balasan dari Laras. Hatinya gelisa
an
erjalan cepat menuju ruang tengah rumah. Dilihatnya potret
firasat