a yang bisa dia lakukan selain menatap lurus pada pantai di bawah sana. Dari atas sini, Pravara semakin merasa menyesal jika dia hanya akan menurut
a tidak yakin akan bisa melakukannya. Selain karena dia segan dengan Pandu, dia juga tidak bisa menatap laki-laki yang telah menjadi suaminya selama lima tahun
si yang dia tempati. Tetap saja dia tidak bisa merasakan keindahan malam ini dengan baik. Saat Pandu berkata jika mereka akan membicarakan hal in
terlalu lama menantikan buah hati yang hampir membuat mereka putus asa. Dan kehadiran Chanie yang
p kali kita membicarakan hal ini, aku tampak seperti orang jahat yang tidak mempunyai
tinggi dengan rambut yang tampak acak-acakan, karena angin kencang pantai itu berjalan mendekati Pravara. Tangan kanannya
leh dan membuat sesuatu yang memalukan. Karena dia memiliki refleks yang
an menahannya agar tidak terjatuh. "Hati-hati, astaga," ucapnya dengan su
, kedua tangannya bergerak menepuk -nepuk dres
buat Pandu menggeleng dengan cepat, mengusir hatinya yang tiba-tiba panas dengan detak yang tidak bera
di sebelah Pandu yang melangkah dengan tegap. Pravara sedikit melirik dan menyesa
patah katapun untuk mengurangi rasa canggungnya dengan sang suam
e dan keluarganya, Pravara merasa sangat berat untuk melangkah dan
l pinggang Pravara hingga mereka berjalan berdempetan. "Saya tidak mau kejadian tadi
ra mencoba menggeser dirinya, agar bahu telanjang tida
kur karena rasa hangat di tubuh suaminya yang dengan tidak tahu dirinya membuat dia juga ikut meras
epala sang istri. "Apa saya mem
rucap cepat, "Bukan seperti itu. Hany
yang protes, dan tidak ada yang berhak menegur kita. Kecuali, jik
memukul dada Pandu dengan kencang. Pemikiran kotor yan
n tubuhnya dengan badan kecil Pravara yang mana hal itu membuat si empu melotot kaget. "Saya hanya berpikir, selain
gatakan hal itu dan kembali menutup mulutnya rapat-rapat. Dia membiarkan Pa
i menunduk menatap Wajah Pravara yang tampak memerah. Sa
dan melepas rangkulan pada dirinya. Membuat dia merasa
sebuah peringatan. "Apakah dia akan mengambilkan sepatu hak tinggi ku?
di lengan laki-laki itu. Pravara pikir, apa mungkin Pandu kedinginan di sini makanya mengambil sebuah ja
angsung memakaikan jas miliknya tersebut pada tubuh menggigil samar Pravara.
pandangan darinya. Wajahnya semakin merona saat Pandu mengambil kedua
Pandu tersenyum tipis pada Pravara. "Ayo," ajaknya de
iki tangga ke bawah, menuju pantai! Pravara menatap Pandu dengan k
ai saat malam hari. Kamu
ar di wajahnya yang tadinya cukup pucat. Wanita itu bahkan berjal
.
gsur di hapus air. Pravara berjenggit pelan, merasakan sensasi dingin yang menyentuh kakinya. Dia menole
ang tampak sangat berseri-seri. Dia menggelengkan kepal
n hijau dan menempelkan ponselnya di telinga. "Halo? Ya, saya mengerti. Sudah, bahkan dia sanga
di pasir dengan alas sandalnya. "Indah sekali pantainya. Aku
ikan dan mengeratkan jas yang dipakai istrinya. "Saya s
n fakta itu. "Wah, jadi h
emaja mesum yang kelebihan hormon."
"Kenapa ucapan k
lah menatap mata bening wanita itu dengan inte
menuntut jawaban yang sekiranya dia inginkan. Pravara salah tingkah, dia menunduk tidak sanggup m
banyak sekali kesalahan kepada kamu. Apa yang saya lakukan selama 5 tahun pernikahan kita memang tidak diben
hkan saat aku pulang selarut apa pun, Mas Pandu tidak pernah marah. Kecuali, jika aku tidak meminta izin." Pravara mengangkat pandangannya, dia sedikit melirik kedua
yang tidak sengaja saya lakukan, sehingg
uka itu memang masih ada dari sejak masa mudanya, tetapi kenyataan tentang karirnya yang bagus. Membuat dia tidak lagi mempermasalahkan hal itu. "Aku mencoba untuk melupakanny
pa buruk sikapnya di masa lalu. "Berarti pertanyaan saya tentang kamu
ab Pravar
an segala hal yang menjadi patokan hidup saya." Pandu menghentikan Pravara yang akan membuka mulut. "Saya mengakui saya egois
itu mengganggu pernyataannya. "Saya bahkan membuat kamu mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari ib
rperikemanusiaan. Menghinanya dan membuat Pravara terpojok, dengan membawa g
as, ibu hanya menginginkan seorang cucu dan Menurutnya aku tidak akan pernah bisa memberikannya. Maka dar
urunan selain dengan kamu." Pandu
n baik, mendengar apa yang suamin
amu. Bisakah kamu mengerti, jika saya tidak ingin hidup selamanya selain dengan kamu. Saya telah bergantung semua hal, hanya
merasa jika mulutnya terkatup tidak t
perlu memikirkan saya dan bagaimana caranya mendapatkan keturuna
*