pria itu sudah terlihat seperti anak ABG yang sedang jatuh cinta. mungkin karena Bian tak ingin lagi kehilangan Tania. sudah
ngar dari kamar Bian. sedari subuh Bian sibuk ke sana kemari. seolah
terdengar da
asih l
Seben
n sih? dandan dulu?" teriak Rian dari
ya bertebaran dimana-mana. ia memijit kepalanya yang mendadak sakit
a menggeram kesal. Ia lalu melangkah menuju pintu
" tanyan
m. Nanti
ntar
n Rian namanya kalau tidak usil dengan omnya itu. Rian mendorong sedikit lebih keras pintu kamar Bia
rti kapal pecah. Ia tak pernah melihat kamar Bian seperti ini s
masuk. Pria itu mencoba untuk berjinjit agar m
memungut satu persatu pakaian di lantai lalu melemparkannya
kotor?"
H
terlihat b
bersih belum te
rnya karena tak ada lagi kata-kata yang bisa Rian sand
ang seb
Rian lagi saat ia tak melihat
juk semua pakaian yang tadi masukka
elama itu om di kama
lah kesalnya. Ia mengeluarkan lagi semua pakaian yang sudah Bian lempar ke dalam keranjang k
l selesai. Bakal lebih banyak gilanya gara-gara senyum-senyum tak jel
, ia takkan pernah minta bantuan siapapun. Tapi kenapa sekarang ia jadi tak tahu harus melakukan apa. Dalam kep
ya saja sudah membuat detak jantu
kamar Bian, lain pula yang ki
mua pretelan nya yang akan ia bawa ke puncak. Tania tak butuh banyak outfit. Ia h
berada di luar. Tania langsung menyandang ranselnya dan membawa tas tersebut keluar. Tak lupa, sebelum benar-benar keluar da
il dan setelah itu ia naik di kursi penumpang sebelah Amel. "Tadi Rian nelpon ak
an beli beberap
gue bawa mobil kan, jadi berhenti kapan saja nanti mah ayok aja." jawab Amel.
mereka tiba di depan rumah Rian. pria itu ternyat
uga akhirnya.
ya gue
t tatapan tajam dari Bian. setahunya tadi Rian mengatakan padanya jika mereka harus buru-buru
Tania mempunyai sedikit rasa menyesal karena sudah ke Indonesia hanya untuk menemui Rian yang sebenarnya Rian itu adalah dirinya. sungguh, ia tak tahu ba
angkat." Ucap Rian dengan penuh semangat. Ri
unci m
mobil, aku nggak mungkin pergi sama Om dan bi
an Tania langsung
ibutin. Jadi karena perjalanan kita saat ini jauh ke puncak Aku nggak berani ambil resiko ini om-om bakal nabrakin mobilnya dan bikin aku cedera." Ucap Rian
h pada keponakannya itu. Ia hanya bisa melihat dan mende
ahnya. Namun ekspresinya mas
Tania yang kali ini berhasil
g suka mendongeng." Jawab Bian. Bian menatap Rian, "sekarang Apa tujuanmu sebenar
pkan sebelah matanya. Ya kembali menatap Amel, "Jadi sekarang mob
marah terus nabrakin mobilnya gimana? aku
ilang Rian Jangan didengerin. Buruan!!" Bian melan
tupun dengan Amel. ia tak mau sahabatnya itu
ya pada Amel. Bahkan rengekan it
lo sama g
sama aku, kam
unuh saha
an. Om Bian itu ngamuknya cuma sam
amuk juga
h. Udah buruan, nanti maki
bilnya Bian. Ia tak menurunkan tasnya dari mobil Amel. Jadi berad
benar merapalkan doa terbaiknya terlebih dahulu. i
bil dan duduk di kursi
al-ugalan ya.
a mau ngerjain saya." Jawab Bian dengan sangat lembut. bahkan
ng hanya candaan dari Rian saja. Dian mulai melajukan mo
. Bian adalah tipe pengendara yang butuh teman bicara. Jadi biasanya ia ke mana-m
an tiba-tiba membuat Tania yang sedari tadi kamu
H
gara-gara kamu saya nabrak nanti." Ucap Bian yang tentu saja hanya menakut-nakuti Tania. Bian bukan pengemudi yang mau ambil resiko. Ia bah
uka dengar celote
senyum dan senyuman itu membua
n, jangan Om. Coba panggil nama saya." Ucap Bian. Pria itu menghentikan mobilnya karen
lekat mata Bian. Mata yang membuatn
n tersenyum sangat manisnya. Senyum itu juga membuatnya rindu. Tanpa sadar tangan Tania t
ini
*