ikan Aldi, ini tidak benar. Tante tidak bisa," kataku men
erasakannya, kan?" Aldi mendesah lirih sambil menempelkan wajahnya d
Ini tidak boleh terjadi." Suaraku bergetar, a
n Tante juga akan menikmatinya." Aldi menyentuh lebih dalam, menciptakan gelombang pan
rlambat." Aku mengalihkan pandanganku, berusaha men
e sudah berbicara banyak. Biarkan aku memuaskan hasrat kita berdua." Al
sekarang." Aku mencoba menahan air mataku, namun
ns begini? Aku bisa rasakan kehangatannya, keinginan yang sama
i pipiku, rasa takut dan bingung menguasai diriku. Aku merasa tak
membuatku tak berdaya untuk melawan. Aku hanya bisa berharap ada keajaiban yang menghe
arus kulakukan. Tatapannya penuh nafsu, matanya berkilat seakan ingin menguasaiku sepenuhnya. Dengan cepat da
elanjang. Tangannya bergerak dengan kasar, mencengkeram bahuku yang gemetar. Aku hanya bisa bergetar dan terisak, merasa semakin terpojok d
di dengan mudah menahan gerakanku, membuatku semakin putus asa. Aku berusaha meronta, tapi usahaku sia-sia. Tubuhnya yang lebih besar dan ku
an hasrat menggebu mulutnya pun menggerayangi payudaraku. Putingku dia jilat-jilat dan dihisapnya bagaikan anak bayi kelaparan. "Aldi, tolong Aldi jangan," lirihku sa
asahi wajahku. Aku tidak tahu lagi harus berkata apa, hanya berharap kata-kataku bisa menyentuh hatin
mu, aku hanya bisa bayangkan bagaimana rasanya memilikimu," suaranya terdengar serak, dip
suaraku bergetar, penuh dengan ketakutan. Aku berharap dia bisa mengerti, bisa berh
ku tidak bisa menahan nafsu ini. Tante sangat menggairahkan," desahnya semakin mendalam, tan
p," suaraku makin lemah, hampir tidak terdengar. Ketakutan dan ke
ua membuatku tergila-gila," jawabnya dengan agresif, seolah tidak lagi memiliki kendali atas dirin
tipis. Tapi, Aldi semakin agresif, suaranya semakin rendah dan bergairah, tangannya tak henti menjelajahi tubuhku. Ak
gerak melawan kekuatan Aldi yang semakin menggila. Perasaanku campur aduk antara ketakutan, penyesalan, dan ketidakberdayaan. Dalam
s, berdiri tegak penuh keinginan. Dengan penuh hasrat, dia mulai menggesek-gesekkan batang kemaluannya di selangkanganku, menciptakan sensasi hangat dan geli yang sangat intens. Aku hanya bisa menggigi
menghentikan aksinya, terkejut mendengar suara yang menginterupsi momen tersebut. Aku met merapikan kembali pakaiannya. Aku merasa sedikit lega, meski tubuhkutu, Nak!" Suara Maya terdengar j
rinya terlihat tenang dan biasa saja, meski aku tahu jantungnya pasti berdegup kencang. Aku hanya b
aku meringkuk di atas kasur. Dalam kepasrahanku, tubuhku masih menggigil ketakutan, merasakan dingin yang menusuk hingga ke tulang. Setia