a siapkan," ucap pelayan dengan ramah
lah satu kursi di meja makan dan duduk. Ia melihat variasi menu yang telah disajikan dengan
nya dengan beberapa menu favoritnya. Sebelum duduk
ta membuyarkan konsentrasi Helena yan
berusia senja itu mendekat. "Grandma sudah makan?" tanyanya penu
a. Saat berhenti di dekat meja, ia menarik kursi di samping cucunya. Dengan
Ia mengamati menu-menu di atas meja sejenak sebelum mela
ertidur di apartemen Grandma," ujarnya sambil melirik sebentar pada wanita senja itu sebelum melanjutkan, "Cukup lama, da
egitu. Grandma senang mendengarnya. Tapi, kalau bisa, jangan terburu-buru untuk masuk kerja ya, s
ni tidak seperti biasanya, Gran
dma tidak yakin Mommy akan meng
il terkikuk sambil menoleh ke belakang dengan cemas,
askan sang cucunya. Kemudian, dengan lembut, ia memi
pat kamar tidurnya berada. Ia masuk ke kamar mandi untuk menggos
ngan night dress. Setelah itu, ia kembali ke atas ranjang dengan laptop t
erjaan yang masih tertunda, mempersiapkan diri u
tiba Helena teringat kejadian di apartemen. Dengan gigitan p
a sambil menggeram kesal. "Se
lum selesai. Namun, ia merasa kesal karena bayangan kejadian terseb
Mengapa harus terus menghantuiku?! Heros!" P
ingat bahwa tadi ia sempat membalas ciuman pria itu, meski
a membalas ciuman pria itu tadi, dadanya tiba-tiba berdebar s
a artin
angnya! Atau tangannya, atau alat kelaminnya, agar dia tidak bisa lagi bercin
ekerjaannya. Akhirnya, Helena mematikan laptopnya dan menyimpan benda tipis itu di atas meja samping ra
ayaan kamar. Ia mematikan lampu utama dan membiarkan lampu tidur
tebalnya. Dengan mata yang terpejam, ia berusaha untuk
a berdering. Helena membuka mata dan melirik tajam ke ar
an menyambar ponsel yang berdering di sana. Dengan layar yang masih menyala, i
dikenal sedang menelepon. Dengan ragu, ia memutuskan untuk
hubunginya. Helena merasa semakin penasaran de
h akhirnya memutuskan untuk
terus mengingat ciuman kita tadi, benar?" ucap
pon. Dengan hati berdebar, Helena menjauhkan ponsel dari telinganya dan menatap sebe
?!" desis Helena dengan suara tegas setela
"Mendapatkan nomor ponselmu bukanlah sesuatu yang sulit bagiku. Jangankan nomor ponsel,
begitu, supaya aku lebih mudah membunuhmu!"
alak daripada Ibumu, Baby Helen
bariton itu kembali terdengar, "Bagaimana rasanya
tegas, sehingga tawa pria itu ke
" tanya s
dengan deheman
langinya sampai kau bisa menikmatinya,
ikmu kalau kamu berani menggangguku lagi!" Anc
di terimalah konsekuensinya. Aku akan tetap menjadi bayanganmu, Hele
u sesuka hatimu, sekarang kamu malah menuduhku memulainya?
at umum siapa?" tanya sa
g ajar. Masih belum menyadarinya?" desis H
gitu pun dengan ingatanmu. Aku yakin kau pasti tahu bagaimana insiden itu
nciumku! Aku bukan milikmu! Aku adalah seorang wanita yang memilik
saja," sahut sang pria di ujung telepon, me
nentukan itu! Kamu bukan siapa-siapa, Heros! Kamu hanyalah pria brengsek! Kekasihku
ucap sang pria dengan nada
n respon pria itu. "Apa maksudmu?" tanyanya, suara
ku harap kau tidak melupakan bahwa sebelum itu, aku pernah mengingatkanmu
ak jelas!" ucapnya dengan nada kesal sebelum akhirnya menjauhka
ah dia memiliki hak untuk menghakimi orang lain. Padahal, dia sendiri tidak lebih b
ri pendingin khusus di pojok kamar. Ia membuka pintu lemari pendingin dan mengambil sebuah botol anggur yang elegan. D
ok dan pemantiknya dari dalamnya, serta mengambil ponselnya yang te
r ke dalam gelas kecil dengan santai. Sebelum meneguk anggur tersebut, Helena
asap yang mengepul di udara. Kemudian, dengan perasaan yang penuh kelegaan, Helen
gil seseora
h karenanya. Ia mengumpat sambil menoleh ke samping, me
il mendekat. Dengan gesit, ia me
saja, Will!" sembur He
i balkon. Ia menuangkan anggur ke dalam gelas bekas sang adik lalu mem
n gelas di atas meja dan mengambil bungkus rokok, menyalakan satu rokok yan
Aku merasa tubuhku sudah lebih
g adik sebelum bertanya, "Ada masalah?
menjawab, "Tidak. Kami baik-baik saja
oba memahami situasi yang s
da sang kakak sebelum ak
"Heros?" Helena mengangguk, me
sambil menatap sang adik dengan tatapan pen
di cafe dan di apartemen tadi. Dengan jujur dan tanpa menyem
kan nomor ponselku. Dan dengan kurang ajarnya, dia malah meminta agar aku berhati-hati terhadap Fernan. Apa urusannya dengan Fernan dan hubungan kami? Seperti dia memiliki
ik pandangannya dari Helena, memandang ke sekelil
aku ingatkan kamu untuk tidak terlibat dalam skan
ju dengan Heros? Jadi, kamu juga menganggap Fernan seperti yang d
aik jika seseorang mengingatkanmu sebelum kau dan d
rti itu? Apa alasannya, Will?" ta
Willem sambil memberi jeda sebelum melanjutkan, "Entahlah, aku rasa mereka
dadanya terlihat bergemuruh akibat nafas ya
n. Itulah sebabnya aku bicara seperti tadi padamu, supaya kau y
ningan, ia mulai memikirkan ucapan Heros tadi. 'Mungkinkah Fernan melakukan hal
*