ol
anis. Aku janji." Anna mengulurkan ta
ukti perjuangan. Gigi runcingnya sengaja dipam
hnya lebih dekat ke depan. Belaian lembut mendarat ke atas kepala
Mata biru yang salah satunya tersabet luka gore
warnanya persis seperti dirimu. Sayang, dia
lin aneh yang meresapi pembuluh darahnya. Tubuhnya mendadak dikuasai insting d
an. Melindungi. Sensasinya luar biasa mengejutkan dan
r hatinya dari segala penjuru. Rasa lapar yang belum pernah dirasa
tersenyum. "Ini, ada plester luka untukmu. Mungkin kau perlu le
a mereka. Jurang tinggi yang seharusnya tidak boleh dilewati dan membentuk ikatan asing tanpa dia sadari. Tato ma
Paman Cédric sambil menent
a bisa mengobatimu,"
dari rencana. Serigala itu mengerjap-ngerjap gelisah sebelum matanya terpejam
i." Nada Paman Cédr
nya yang tipis bergoyang ditiup angin malam. "Bisa
u maksud?" Paman Cédric mele
, serigala itu sudah pergi tanpa meninggalkan jeja
*
n
epatu bot yang lebih cocok dipakai di musim dingin, tulang pipi cekung, dan kantong mata y
eja makan. Bahan dari kayu mahoni yang minggu lalu telah dipelitur cantik oleh paman sp
stoples dalam rak. Gula pun tumpah dan mengotori dapur. Tawa puasn
menyamarkan keberadaanku. Aku masih mengintip dari balik celah lemarangsung rusak. Adrenalin menjalari tulang punggungku yang kebas. Aku hampir menjerit s
l menahan tangisku yang berubah jadi isak parau tak tertahankan.
pecah. Seseorang yang lain yang bibirnya dihiasi tindik segera memun
i yang cantik," komentarnya s
spresinya berubah asing dan gelap. Matany
edang mengaktifkan radar pendeteksi arah. Jantungku mencel
hi di ranjang." Tawa terbahak-bahaknya membuatku m
kai jaket kulit itu menyahut, aksennya ganjil,
seksi," balasnya sambil memanggul
Mungkin usianya sembilan bel
l ingin melancarkan tinju. Aku tahu pasti dia s
i yang tidak memberikanku jalan keluar, kecuali kematian. Apa
ka bawa jelas bukan digunakan untuk sekadar menggertak, tetapi me
dik itu mencomot roti gandum y
kut mencicipi dan mengunyah dengan s
tara matanya masih mengawasi sekitar. Waspada pada segala bentuk antisipasi dan
gan tajam yang mendebarkan selepasnya. Aku meringkuk seperti kucing. Keadaan
mengendalikan diri dan menguasai tremor di kedua telapak tanganku yang lici
rhati-hati dengan gerakan yang akan mengundang masalah baru. Pek
ur dan menunduk serendah yang tubuhku m
berteriak histeris. Pria koboi menarik dua kakiku, sementara ak
rpihan kaca. Bagian belakang blusku robek
tu menancap di tulang belikat kiri. Sesuatu yang hangat merembes membasahi
acungkannya ke atas. Satu tangannya yang bebas beral
ngisi paru-paruku yang nyaris pecah dengan harapan untuk bebas dan lari
mkan mata untuk tiga detik yang terasa seperti selamanya. Nada lembut d
erapa umurmu? Sembilan belas? Dua puluh?" bisik pria
a. Aku mengangkat dagu dan memikirkan ratusan taktik dalam kep
eringai ejekan dan aku tahu itu akan mengganggunya. "Tebakan yan
al di depan gang. Kedua alisnya bertaut rapat, jari telunjuknya yang kurang ajar menuruni leherku,
senyum. Lebih manis, lebih menggoda. Bersikap seolah-olah aku ter
ur pretty pussy." Pupil mata
setidaknya aku harus mencoba. Jika aku gagal keluar melalui pintu bel
menyentuh pahaku, aku membenturkan kepalaku ke kepalanya dan menusuk s
tut kananku sukses menendang selangkangann
belakang yang terhubung dengan jalan setapak yang mengarah ke hut
lompati semak-semak berduri, tapi pelarianku mendadak terhenti karena aku jatuh tersandung akar pohon. Suara tembakan
erubah. Dadaku pengap oleh sensasi magis yang tidak pernah kupercaya ada. Rasanya seperti baru saja membuka
*