n
jam. Aku belum pernah tidur selama itu sebelumnya. Tubuhku remuk dan pung
lilingiku. Rumah Xaverius besar dan luas, dengan tiga lantai yang diisi banyak perabotan be
strak yang khas di setiap tiangnya, lampu-lampunya menyala otomatis dengan sensor gerak, d
a Glasglow. Aku bangkit seperti mayat hidup. Dengan langkah te
. Pagi itu terasa hangat dan membuatku ingin berdiri lebih
ahari, butterfly?" Su
Xaverius jauh lebih cepat dari makhluk apa pun yang pernah kulihat. Tiga det
kehadiran Xaverius. Kami begitu dekat hingga aku bisa merasakan jantungku berdetak di kedua
Darahku surut dari kepala
sa terintimidasi, tapi sebaliknya, keberadaannya justru menawarkan rasa aman padaku.
a seseorang?" tanya Xaverius mengangk
kemeja Xaverius yang terbuka sebelum kemudian aku mengalihkan perhat
pertanyaan yang sama, aku memberanikan diri untuk men
di masuk untuk mengoleskan salep itu lagi atau meng
lisnya, bibirnya berkedut membentuk senyum tipis, dan a
imana
dari balik kain kasa sialan itu." Xaverius be
t ketika Xaverius mendaratkan jemarinya di antara tulang leher belakangku da
elingaku, tangannya yang lain meluncur naik melewati lengan kiriku, melepaskan kep
terpantik dan menyala di antara kami. Berkobar semakin kencang setiap kali aku menar
esona Xaverius yang melumpuhkan kinerja otakku secara menyeluruh. Aku mendadak punya perasaan
empat yang dapat kusinggahi saat aku butuh sandaran u
kan batas yang perlahan samar atau bahkan garis itu sesungguhnya mungkin saja tak pern
us menyatu seperti rotasi planet yang bertabrakan. Ikatannya terasa kuat sekaligus melemahkan semua tem
kanannya yang besar. Ibu jarinya terulur menggosok rahangku. Sentuhan lembutingnya itu dengan susah payah. Dia mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Namun, ku
. Merasakan dan memperhatikan bakal janggutnya yang tumbuh seperti bayang
baca. "If you touch me again, I will die, butterf
e." Aku tidak ingin memikirkan
ing to lose my mind and I won
rsentak pada keberanian y
peringatan yang jela
enyentuh tato di lehernya, Xaverius menggapai wajahku dan menempelkan bibirnya ke bibirku. Kedua le
erdua. Aku tidak mampu menemukan cara untuk berhenti, aku keta
seksual yang terbit. Aku kesulitan mengendalikan napas dan gaira
tak ingin kubayangkan dan rasa panas di bagian Xaverius menyentuhku. Sent
us setelah menjeda dan menempelkan kening kami, m
kususun dalam kepalaku jatuh berantak
ap manis seperti pangeran yang sering kau baca pada buku dongeng sebelum tidurmu. Mereka bukan aku. Aku berbeda. Aku akan menggunakan ikat pinggangku di leherm
untuk tetap tinggal dan mengaba
break the bond between us." Suaranya merendah satu oktaf. "Dan ketika kita melakukan sesuatu yang jauh lebih intim dari bertukar
*