/0/17520/coverbig.jpg?v=fb5de6521428a6953f75fc25ab28a635)
Yang satu mencintainya. Yang satu lagi juga menginginkannya. Namun, garis menjadi kabur saat kita peduli. *** Di tengah pelariannya, Anna Rue Lewandowski jatuh dalam portal misterius di Hutan Nightingale. Tempat para makhluk dari cerita dongeng eksis dan mempertemukannya dengan Xaverius Sean Foster, sang alpha. Pria serigala yang kemudian melengkapi takdirnya dan membuat hidup Anna tidak lagi sama. Ketika ikatan masa lalu keduanya terungkap, akankah perbedaan di antara mereka bisa meniti ke akhir yang bahagia?
Prolog
"Aku tidak akan menyakitimu, anjing manis. Aku janji." Anna mengulurkan tangan kirinya pada hewan predator itu.
Serigala seukuran kuda. Bulu kusutnya adalah bukti perjuangan. Gigi runcingnya sengaja dipamerkan guna mempertegas jarak di antara mereka.
Mengabaikan geraman kasar si serigala, Anna justru membawa langkahnya lebih dekat ke depan. Belaian lembut mendarat ke atas kepala makhluk itu. "Kau terluka. Siapa yang tega melakukan ini padamu?"
Suara lengkingan parau keluar dari moncongnya. Mata biru yang salah satunya tersabet luka gores milik serigala itu menatap waspada wajah Anna.
"Aku juga pernah punya anjing peliharaan yang warnanya persis seperti dirimu. Sayang, dia menyeberangi jembatan pelangi terlalu cepat."
Ketika Anna menempelkan keningnya, serigala itu tersentak oleh semburan adrenalin aneh yang meresapi pembuluh darahnya. Tubuhnya mendadak dikuasai insting dan hasrat. Sesuatu yang meledak-ledak meruntuhkan ruang kendali dalam dirinya.
Terlapisi keinginan primitif untuk mencicipi. Merasakan. Melindungi. Sensasinya luar biasa mengejutkan dan membuatnya menyerah pada emosi yang jauh lebih gelap.
Lehernya tercekik saat Anna memisahkan diri. Kehampaan membombardir hatinya dari segala penjuru. Rasa lapar yang belum pernah dirasakannya membuat serigala itu berperang dengan kewarasannya sendiri.
Anna mengeluarkan benda pipih kecil dari saku rok rimpelnya. Dia tersenyum. "Ini, ada plester luka untukmu. Mungkin kau perlu lebih banyak karena kau anjing raksasa, tapi aku hanya punya satu."
Anna melekatkan plester lukanya di alis kanan serigala itu dan telah melanggar batasan yang tak terlihat di antara mereka. Jurang tinggi yang seharusnya tidak boleh dilewati dan membentuk ikatan asing tanpa dia sadari. Tato magis berpola rumit khas suku Varet melingkari pergelangan kaki kiri Anna sebelum kemudian lenyap pada detik kelima.
"Anna? Di mana kau?" teriak Paman Cédric sambil menenteng peralatan memancingnya.
"Itu Paman Cédric. Dia bisa mengobatimu," bisik Anna mengangguk.
Terlibat dalam takdir bersama bocah sembilan tahun itu sama sekali bukan bagian dari rencana. Serigala itu mengerjap-ngerjap gelisah sebelum matanya terpejam rapat. Coba menghalau debaran ganjil yang memukul di sepanjang tulang rusuknya.
"Rupanya kau di sini." Nada Paman Cédric dipenuhi kelegaan.
Anna berbalik menghadap Paman Cédric. Ujung sweternya yang tipis bergoyang ditiup angin malam. "Bisakah kita mengajak anjing itu pulang, Paman Cédric?"
"Anjing? Anjing mana yang kau maksud?" Paman Cédric meletakkan keranjangnya ke tanah.
"Yang di-" tunjuk Anna yang kembali menoleh. Namun, serigala itu sudah pergi tanpa meninggalkan jejak seolah-olah dia tak pernah ada di sana sebelumnya.
***
Anna
Ada tiga orang di sana. Dengan tinggi rata-rata dan janggut tebal berantakan. Mengenakan sepatu bot yang lebih cocok dipakai di musim dingin, tulang pipi cekung, dan kantong mata yang menegaskan kesan bahwa mereka sudah melewatkan jam tidur untuk waktu yang begitu lama.
Tubuhku terlonjak saat gerombolan bandit itu mengayunkan kapak mereka berkali-kali ke meja makan. Bahan dari kayu mahoni yang minggu lalu telah dipelitur cantik oleh paman spontan hancur berkeping-keping. Menyisakan bekas koyak di atas lantai linoleum rumah kami.
Salah satu dari mereka yang mengenakan topi koboi lalu meraup kasar stoples dalam rak. Gula pun tumpah dan mengotori dapur. Tawa puasnya mengudara setelah melihat kekacauan yang berhasil mereka ciptakan.
Aku luar biasa gemetar. Beruntung kegelapan di sudut ruangan membantu menyamarkan keberadaanku. Aku masih mengintip dari balik celah lemari dengan ukuran sempurna yang dapat menyembunyikan diriku di dalamnya.
Pria koboi kembali melayangkan kapaknya ke kompor dan perapian dua tungku milik bibi langsung rusak. Adrenalin menjalari tulang punggungku yang kebas. Aku hampir menjerit setelah mataku menangkap cipratan noda darah segar yang tertinggal di ujung mata kapak.
Apa mereka sudah menghabisi paman? Aku terus bertanya-tanya sambil menahan tangisku yang berubah jadi isak parau tak tertahankan. Aku bahkan tidak sanggup untuk membayangkan kondisi paman sekarang.
Foto keluarga kami kemudian mendadak jatuh dari dinding. Bingkainya pecah. Seseorang yang lain yang bibirnya dihiasi tindik segera memungutnya dan menyeringai memamerkan deret gigi depannya yang tak rapi.
"Si tua bangka itu punya putri yang cantik," komentarnya sambil menggaruk-garuk rambut.
Pria koboi serentak memalingkan wajah. Ekspresinya berubah asing dan gelap. Matanya memancarkan ketertarikan yang berbahaya.
Dia maju mendekati foto. Kepalanya terteleng seolah-olah sedang mengaktifkan radar pendeteksi arah. Jantungku mencelus ketika tatapannya tertuju lurus pada tempatku berlindung.
"Aku suka rambutnya. Akan menyenangkan saat digagahi di ranjang." Tawa terbahak-bahaknya membuatku meringkuk makin jauh dan memeluk erat kedua lututku.
"Jeez, she's too young for you." Pria yang memakai jaket kulit itu menyahut, aksennya ganjil, ada bekas keloid yang mencolok di rahang kirinya.
"Siapa peduli? Dia tampak polos dan seksi," balasnya sambil memanggul gagang kapak di salah satu bahunya.
"Aku yakin itu potret lama. Mungkin usianya sembilan belas atau dua puluh sekarang."
Pria koboi itu menjilat bibir. Jari-jariku gatal ingin melancarkan tinju. Aku tahu pasti dia sedang membayangkan fantasi kotor dalam kepalanya.
Refleks, hidungku mengernyit jijik. Aku terjebak dalam situasi yang tidak memberikanku jalan keluar, kecuali kematian. Apa lagi yang bisa kuharapkan dari para bajingan seperti mereka?
Tenggorokanku sakit hanya karena memikirkannya. Senjata yang mereka bawa jelas bukan digunakan untuk sekadar menggertak, tetapi mengeksekusi. Keberanianku tiba-tiba hilang secepat nyali itu datang.
"Ini masih panas." Pria bertindik itu mencomot roti gandum yang kutinggalkan di dekat oven.
"Dan lezat," tambah pria lain yang ikut mencicipi dan mengunyah dengan suara gumaman berdengung yang bising.
Pria koboi itu mengamati dua temannya yang asyik menikmati hasil jarahan, sementara matanya masih mengawasi sekitar. Waspada pada segala bentuk antisipasi dan kemungkinan. Aku melihat kapak itu kembali terlempar menghancurkan sasaran acak.
Napasku terhenti ketika bunyi pecahan piring terdengar dan menyisakan keheningan tajam yang mendebarkan selepasnya. Aku meringkuk seperti kucing. Keadaan di luar mendadak jadi terlalu sunyi dan aku terlalu takut untuk mencari tahu.
Aku menggigil dan wajahku basah dengan air mata. Cukup lama sampai aku dapat mengendalikan diri dan menguasai tremor di kedua telapak tanganku yang licin oleh keringat. Berjuang menyingkirkan rasa cemas yang menggerogoti jiwaku.
Aku bangkit dan kembali menyejajarkan mataku di antara celah. Berhati-hati dengan gerakan yang akan mengundang masalah baru. Pekikanku tertahan saat ada mata lain yang juga mengintip ke dalam.
Mereka menemukanku. Aku bermanuver mundur dan menunduk serendah yang tubuhku mampu. Namun, usahaku masih belum cukup.
Ketika pintu lemari dibuka, pria koboi itu tertawa keras dan aku berteriak histeris. Pria koboi menarik dua kakiku, sementara aku terus menendang-nendang tanpa hasil. "Lepaskan! Lepaskan aku!"
Aku diseret hingga punggungku mengenai serpihan kaca. Bagian belakang blusku robek. Meninggalkan luka gores di banyak sisi.
Rasa perih serentak menyerbu kulitku dan aku bisa merasakan benda runcing itu menancap di tulang belikat kiri. Sesuatu yang hangat merembes membasahi serat kain yang kukenakan. Aku mengabaikan nyerinya dan coba meloloskan diri.
Pria koboi kemudian mengancamku dengan kapak yang diacungkannya ke atas. Satu tangannya yang bebas beralih mencekikku. Aku terjebak dan napasku mulai habis.
Aku tersengal-sengal melebarkan mulut. Menyaring udara untuk dihirup. Mengisi paru-paruku yang nyaris pecah dengan harapan untuk bebas dan lari jauh dari rumah yang seharusnya jadi tempat paling aman untukku bernaung.
Kau harus tetap tenang agar kau dapat berpikir jernih, Anna. Aku memejamkan mata untuk tiga detik yang terasa seperti selamanya. Nada lembut dalam kepalaku terbukti membantu menenangkan seluruh sarafku yang tegang.
"Kau bahkan jauh lebih cantik dari foto, Sugar Pie. Berapa umurmu? Sembilan belas? Dua puluh?" bisik pria koboi di depan wajahku dan mengendurkan cengkeramannya.
Tatapanku dipenuhi kebencian yang sanggup meruntuhkan segalanya. Aku mengangkat dagu dan memikirkan ratusan taktik dalam kepalaku. Menunggu momen yang tepat datang untuk menyerang mereka.
Aku tersenyum simpul. Sudut bibirku terangkat miring membentuk seringai ejekan dan aku tahu itu akan mengganggunya. "Tebakan yang salah, Tuan Koboi. Aku dua puluh empat. Aku bukan remaja lagi."
Pria koboi menggeram dan raungannya mengingatkanku pada anak anjing milik Bibi Prudence yang tinggal di depan gang. Kedua alisnya bertaut rapat, jari telunjuknya yang kurang ajar menuruni leherku, dan singgah lebih jauh ke belahan dada. "Bukan masalah, Sayang. Kita akan tetap bersenang-senang."
Menelan rasa muak dan takutku dengan susah payah, aku kembali tersenyum. Lebih manis, lebih menggoda. Bersikap seolah-olah aku terbiasa dengan sentuhan dan mendambakan sesuatu yang lebih darinya.
"Fuck. I'm going to wreck your pretty pussy." Pupil matanya melebar dibanjiri ekstasi.
Mengesampingkan semua konsekuensi yang membuatku muak dan putus asa, setidaknya aku harus mencoba. Jika aku gagal keluar melalui pintu belakang itu, leherku pasti akan ditebas. Jadi, kesempatanku hanya satu.
Sekarang atau tidak selamanya. Aku memantapkan tekad. Saat pria koboi menyentuh pahaku, aku membenturkan kepalaku ke kepalanya dan menusuk salah satu matanya dengan serpihan kaca yang bisa kuraih di dekat kami.
"Berengsek-uh!" jerit pria koboi ketika lutut kananku sukses menendang selangkangannya dan membuatnya roboh berguling kesakitan.
Aku bangkit sebelum yang lain sempat bereaksi. Lari melewati pintu belakang yang terhubung dengan jalan setapak yang mengarah ke hutan belantara. Berharap dapat menemukan tempat lain untuk sembunyi.
Suara tembakan yang meletus di belakang tak menggentarkan langkah telanjangku. Aku justru terpacu dan terus melesat melompati semak-semak berduri, tapi pelarianku mendadak terhenti karena aku jatuh tersandung akar pohon. Suara tembakan sekali lagi terdengar dan saat aku sadar mereka sudah begitu dekat, aku lalu merangkak menuju pohon beech di seberang.
Setelah menempatkan diriku ke dalam ceruk besar di antara batang raksasanya, tekanan di atmosfer tiba-tiba berubah. Dadaku pengap oleh sensasi magis yang tidak pernah kupercaya ada. Rasanya seperti baru saja membuka segel dari sebuah portal yang tak terlihat dan aku lenyap ditelan keajaiban lorong waktu yang membingungkan.
***
Mimpi Alice Harper tentang pernikahan yang indah bersama Dean Walcott mendadak hancur karena ulah adik tirinya. Setelah dikhianati dan ditinggalkan di depan altar seorang diri hanya untuk dipermalukan, Alice memutuskan pindah ke Birmingham demi menata hidup baru. Tidak disangka takdir kembali mempertemukannya dengan Dastan Lancaster, sang mantan kekasih, yang sempat menghilang tanpa kabar dua tahun lalu. Cinta lama yang masih belum usai di antara mereka lagi-lagi tumbuh dan Alice tidak kuasa menepis pesona sang presdir yang mendadak melamarnya di depan semua orang. Akankah pernikahan bahagia yang pernah dibayangkan oleh Alice kemudian terwujud kala dia menerima cincin yang disodorkan Dastan padanya?
Logan Caldwell punya semua sifat yang Amanda Fletcher benci. Pria itu dingin, dominan, dan perfeksionis dalam setiap hal. Namun, antipati yang semula mengisi dada Amanda mendadak berubah menjadi rasa asing yang lain selepas mereka terlibat dalam hubungan cinta satu malam. Sebuah masalah baru muncul sewaktu mereka kembali bertemu keesokan harinya sebagai dosen dan mahasiswi di dalam kelas seni yang Logan ajar. Akankah kebekuan yang melapisi hati Logan mencair di hadapan Amanda atau mereka justru akan menolak takdir dan berlindung di balik ego masing-masing?
Diculik sejumlah pria asing dan dijadikan tawanan oleh Marco Botticelli—sang mafia, merupakan nasib paling tragis yang dialami Rosetta Alighieri. Dia dituduh mencuri kalung warisan pria itu akibat kesalahpahaman yang diciptakan Caritta Alighieri—saudari kembarnya. Hidup Rosetta pun langsung berubah detik itu juga. Terlibat dalam cinta sekaligus melangkah pada lingkaran intrik, seolah-olah menjadi sesuatu yang memang digariskan sejak lama untuk mereka. Ketika Marco kemudian menawarkan komitmen, jawaban apa yang akan Rosetta berikan padanya? Orang waras mana yang sudi menerjunkan dirinya ke dalam dunia kelam milik spesialis kriminal?
Kisah cinta penuh lika-liku Adam Ford dan Angelina Wilson itu berawal dari jebakan sang CEO dingin yang menginginkan Angelina agar melahirkan seorang pewaris untuknya. Hubungan itu akan berlangsung selama dua tahun sesuai dengan perjanjian tertulis yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak. Setelah berbulan-bulan berlalu, Angelina yang tak kunjung hamil pun dicap sebagai wanita mandul dan didepak Adam dari kediaman keluarga Ford. Namun, tujuh tahun kemudian takdir kembali mempertemukan mereka dalam benang nasib bersama seorang bocah tampan di samping Angelina yang sangat identik dengan diri pria itu. Akankah tabir tentang anak tersebut terungkap di hadapan Adam?
Zara adalah wanita dengan pesona luar biasa yang menyimpan hasrat membara di balik kecantikannya. Sebagai istri yang terperangkap dalam gelora gairah yang tak tertahankan, Zara terseret ke dalam pusaran hubungan terlarang yang menggoda dan penuh rahasia. Dimulai dengan Pak Haris, bos suaminya yang memikat, kemudian berlanjut ke Dr. Zein yang berkarisma. Setiap perselingkuhan menambah bara dalam kehidupan Zara yang sudah menyala dengan keinginan. Pertemuan-pertemuan memabukkan ini membawa Zara ke dalam dunia di mana batas moral menjadi kabur dan kesetiaan hanya sekadar kata tanpa makna. Ketegangan antara kehidupannya yang tersembunyi dan perasaan bersalah yang menghantuinya membuat Zara merenung tentang harga yang harus dibayar untuk memenuhi hasratnya yang tak terbendung. Akankah Zara mampu menguasai dorongan naluriahnya, atau akankah dia terus terjerat dalam jaring keinginan yang bisa menghancurkan segalanya?
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Tinggal di sebuah kampung pedesaan di daerah Cianjur, JawaBarat. Membuat dia masih polos karena jarang bergaul dengan teman sebayanya, dari sebelum menikah sampai sekarang sudah menikah mempunyai seorang suami pun Sita masih tidak suka bergaul dan bersosialisasi dengan teman atau ibu-ibu di kampungnya. Sita keluar rumah hanya sebatas belanja, ataupun mengikuti kajian di Madrasah dekat rumahnya setiap hari Jum'at dan Minggu. Dia menikahpun hasil dari perjodohan kedua orangtuanya. Akibat kepolosannya itu, suaminya Danu sering mengeluhkan sikap istrinya itu yang pasif ketika berhubungan badan dengannya. Namun Sita tidak tahu harus bagaimana karena memang dia sangat amat teramat polos, mengenai pergaulan anak muda zaman sekarang saja dia tidak tahu menahu, apalagi tentang masalah sex yang di kehidupannya tidak pernah diajarkan sex education. Mungkin itu juga penyebab Sita dan Danu belum dikaruniai seorang anak, karena tidak menikmati sex.
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
Hanya ada satu pria di hati Regina, dan itu adalah Malvin. Pada tahun kedua pernikahannya dengannya, dia hamil. Kegembiraan Regina tidak mengenal batas. Akan tetapi sebelum dia bisa menyampaikan berita itu pada suaminya, pria itu menyodorinya surat cerai karena ingin menikahi cinta pertamanya. Setelah kecelakaan, Regina terbaring di genangan darahnya sendiri dan memanggil Malvin untuk meminta bantuan. Sayangnya, dia pergi dengan cinta pertamanya di pelukannya. Regina lolos dari kematian dengan tipis. Setelah itu, dia memutuskan untuk mengembalikan hidupnya ke jalurnya. Namanya ada di mana-mana bertahun-tahun kemudian. Malvin menjadi sangat tidak nyaman. Untuk beberapa alasan, dia mulai merindukannya. Hatinya sakit ketika dia melihatnya tersenyum dengan pria lain. Dia melabrak pernikahannya dan berlutut saat Regina berada di altar. Dengan mata merah, dia bertanya, "Aku kira kamu mengatakan cintamu untukku tak terpatahkan? Kenapa kamu menikah dengan orang lain? Kembalilah padaku!"
Setelah Ibu yang mengasuhnya meninggal karena kanker payudara, Shahsya memilih berhenti sekolah dan bekerja di sebuah Cafe. Pergaulan bebas membawanya terjerumus pada seks bebas. Mudah nya mencari uang dari menjual tubuhnya telah membutakan Semua rasa. Yang ia lihat hanya uang, ia ingin menunjukkan oada dunia kalau ia bisa kaya seperti keluarga yang sudah mengadopsi nya. Sampai ia akhirnya ia bertemu dengan seorang Pria Buta yang tampan yang meminta nya menjadi istrinya.