Diculik sejumlah pria asing dan dijadikan tawanan oleh Marco Botticelli-sang mafia, merupakan nasib paling tragis yang dialami Rosetta Alighieri. Dia dituduh mencuri kalung warisan pria itu akibat kesalahpahaman yang diciptakan Caritta Alighieri-saudari kembarnya. Hidup Rosetta pun langsung berubah detik itu juga. Terlibat dalam cinta sekaligus melangkah pada lingkaran intrik, seolah-olah menjadi sesuatu yang memang digariskan sejak lama untuk mereka. Ketika Marco kemudian menawarkan komitmen, jawaban apa yang akan Rosetta berikan padanya? Orang waras mana yang sudi menerjunkan dirinya ke dalam dunia kelam milik spesialis kriminal?
"Aku tidak suka basa-basi. Siapa namamu?"
"Panggil saja Leah."
"Leah? Nama yang menarik."
Wanita berambut panjang yang mengaku sebagai Leah itu hanya tersenyum menanggapi. Dia menyilangkan sepasang tungkainya dengan gerakan sensual-menyingkap sebagian kulit paha yang halus, lantas mematikan puntung rokok miliknya di dalam asbak. Senyum lebar menghiasi sudut bibirnya yang dipolesi lipstik warna merah.
"Aku punya nama samaran bagi profesiku. Anggap saja itu cara kami bekerja," komentar Leah lagi dengan sopan.
Pria tersebut kemudian mengangguk memberi respons. Dia kembali menyesap vodka-nya-minuman beralkohol yang baru saja dia pesan beberapa menit lalu-dengan hati-hati. Pikirannya berkelana pada sesuatu yang menonjol di balik blus sutra lawan bicaranya.
"Apa aku boleh menyebutmu Tuan Marco saja dan-"
"Botticelli. Tuan Botticelli," tegas si pria itu tanpa balas memandang ke arah wanita cantik yang sedang menatapnya dengan sorot mata 'lapar'.
"Jadi, apa kita sepakat dengan harganya?"
"Nominal sama sekali bukan masalah. Aku akan memberi tarif yang pantas untuk pelayanan yang kau berikan. Aku selalu royal terhadap jalang-jalang sepertimu."
Leah tersentak dengan pernyataan di kalimat terakhir yang terdengar menghinanya. Dia memang pelacur, tetapi belum pernah ada yang secara terang-terangan menyebutnya serendah itu. Pria bernama Marco yang ada di hadapannya tersebut bercakap dengan lugas-terlalu objektif malah, sampai-sampai dia merasa jengah pada dirinya sendiri.
Marco bukan tipikal lawan jenis yang sering Leah temui. Pria itu berbeda, seolah-olah ada sesuatu dalam nada bicaranya yang menciptakan sensasi gentar di kedua lutut Leah sewaktu mereka melakukan interaksi. Sejenis sinyal peringatan bahwa dia merupakan orang yang harus dijauhi.
"Ba-baiklah, Tuan Botticelli. Aku setuju," sahut Leah dengan terbata-bata.
"Akan ada seseorang yang mengurus uangnya untukmu. Kau hanya harus mempersiapkan dirimu sekarang."
"Y-ya," balasnya sambil mengangguk.
Leah menyeka keningnya yang mendadak mengeluarkan keringat. Dia belum pernah merasa segugup itu sebelumnya. Pria mana pun yang akan menggunakan jasanya selalu bersikap kasual dan manis, tetapi Marco justru dingin dan penuh intimidasi.
Tatapan tajam Marco beralih pada aksi salah tingkah Leah yang membuang muka darinya. Pria itu menyipitkan mata, lantas berujar, "Mengapa kau berperilaku seperti wanita yang baru mendapatkan mangsa untuk pertama kalinya?"
'Apa katanya? Mangsa? Apa dia pikir aku predator?' batin Leah. Dia spontan berdeham-deham membersihkan tenggorokan sesaat sebelum memberikan jawaban. Leah menyisir ujung rambutnya dengan jemari, kemudian menggeleng dengan ragu.
Perasaan aneh tersebut refleks mengisi dada Leah dan mengingatkannya pada pengalaman 'pertama' yang masih belum cukup lama berlalu. Usianya akan genap dua puluh tahun bulan depan. Namun, sepak terjangnya dalam menggaet para pria berdompet tebal sudah tergolong mumpuni.
"A-aku hanya tidak sabar ingin memulainya denganmu."
Marco kemudian memberi kode pada salah satu bawahannya-pria setinggi seratus-enam-puluh-lima senti dengan kumis tebal itu-untuk mendekat. Dia memberi perintah dalam aksen Italia-nya yang kental. Detik berikutnya, Marco kembali mengunci tatapan pada Leah yang tengah membereskan kotak rokok ke dalam kantong rok kerutnya.
"Ikutlah denganku sekarang."
Leah lagi-lagi hanya mengangguk. Keberaniannya menguap bersama seluruh kepercayaan diri yang sempat dia punya. Keadaan yang semula nyaman otomatis berubah menjadi serba canggung dan membuat langkahnya urung untuk mengekori pria bermata biru itu.
"Ada apa?" tegur Marco yang menangkap gelagat ganjil dari Leah.
"Ti-tidak."
"Aku bertanya padamu untuk yang terakhir kalinya. Apa kau siap melayaniku atau-"
"Tentu saja," sela Leah yang seketika menguatkan hatinya.
Ada dua alasan yang membuat Leah mengabaikan rasa takutnya. Pertama adalah uang. Kedua adalah kembali lagi pada alasan yang pertama; uang. Dia menggilai dolar seperti dia menyukai koleksi tas mahal yang terjejer rapi di dalam lemari pribadinya.
Sebagian besar penghasilan Leah akan berwujud dalam aneka barang bermerek yang selalu dia pajang di apartemennya. Wanita itu menghamba pada setiap sen yang masuk ke dalam rekeningnya sebagai imbalan dari kerja kerasnya di atas ranjang. Kegiatan yang telah menjadi rutinitasnya selama sepuluh bulan belakangan.
Mereka pun menaiki tangga yang terhubung ke lantai dua. Di sana, Marco meminta Leah masuk dan melakukan tugasnya. Wanita itu sempat tercengang dengan nuansa kamar yang dia datangi-megah dengan sejumlah akses yang hanya diperuntukkan bagi penyewa khusus.
Leah belum pernah mendapatkan pelanggan yang mengajaknya 'tidur' di ruang seistimewa itu hanya untuk aktivitas satu malam mereka. Dengan tujuh sosok pengawal yang selalu berjaga di dekat pintu dan punya gaya searogan dirinya, Marco sudah pasti bukan pria biasa. Dia bisa jadi seorang miliarder atau mungkin juga tokoh penting, pikirnya.
"Menarilah untukku," pinta Marco yang masih menonton Leah terpana di posisinya.
"Me-menari?"
Marco menarik punggung kursi yang terbuat dari kayu itu dan menyandarkan tubuhnya. Dia memindai ekspresi wajah Leah, lantas mengangguk mengiyakan. Enggan membuka mulut untuk menyuarakan isi kepalanya.
"Ba-baiklah, Tuan Botticelli."
Itu juga pertama kalinya Leah mendapatkan perintah untuk menunjukkan tarian, alih-alih mengangkangkan kedua kakinya. Dia menurut-mematuhi Marco yang tetap bergeming di tempat duduknya, kemudian menanggalkan semua pakaiannya satu-persatu tanpa menyisakan apa pun. Senyum kikuk wanita itu serta-merta terkulum di sudut bibirnya.
Leah mencoba menggerakkan pinggulnya dengan gerakan erotis. Namun, dia justru terlihat kaku dan konyol di sana. Marco pun berdecih, lantas menertawakan wanita itu dengan sorot mata puas.
"A-apa ada yang salah?" cicit Leah yang kedua pipinya terasa panas sekarang.
"Kau payah," cemooh Marco yang kembali mengumbar kekehan pendeknya.
"Aku memang bukan penari, Tuan Botticelli. Aku hanya-"
"Jadi, apa bakat yang kau punya?"
Leah sontak mengerjap-ngerjap bingung dan menyahut, "Bakat? Apa maksudmu?"
"Sayang sekali, kau hanya cantik dan menarik untuk dinikmati."
"Mengapa kau-"
"Menghinamu? Karena aku menginginkannya. Itu saja. Mendekatlah dan lepaskan celanaku."
Leah menggertakkan gigi, kemudian menahan guncangan emosi yang akan meletup di dadanya. Dia teringat pada pundi-pundi lebih yang akan membuatnya sanggup untuk menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan dalam menit-menit yang jauh lebih lama dari biasa. 'Lakukan saja demi setelan lingerie edisi terbaru bulan depan,' batinnya.
Marco menyunggingkan seringainya, lantas berdiri dan menunggu Leah datang. Wanita itu pun bersimpuh di bawah kaki Marco-menarik ujung kemeja yang menutupi pengait gesper-agar dapat melepaskannya dari pinggang si pria dengan cekatan. Dia sudah terlatih untuk meloloskan sesuatu yang mendesak perhatiannya di balik sana.
Aset kebanggaan Marco seketika tampil dengan kepadatan penuh di depan Leah sesaat setelah dia menurunkan ritsleting itu bersama sisa kain pelindung yang terakhir. Kesiap syok sontak mengudara lewat mulut Leah yang terkejut pada intensitas sempurna dari pemandangan di hadapannya. Tangguh dan siap untuk memulai permainan.
"Sentuhlah dia dengan lidahmu," titah Marco dengan sorot mata angkuhnya.
***
Yang satu mencintainya. Yang satu lagi juga menginginkannya. Namun, garis menjadi kabur saat kita peduli. *** Di tengah pelariannya, Anna Rue Lewandowski jatuh dalam portal misterius di Hutan Nightingale. Tempat para makhluk dari cerita dongeng eksis dan mempertemukannya dengan Xaverius Sean Foster, sang alpha. Pria serigala yang kemudian melengkapi takdirnya dan membuat hidup Anna tidak lagi sama. Ketika ikatan masa lalu keduanya terungkap, akankah perbedaan di antara mereka bisa meniti ke akhir yang bahagia?
Mimpi Alice Harper tentang pernikahan yang indah bersama Dean Walcott mendadak hancur karena ulah adik tirinya. Setelah dikhianati dan ditinggalkan di depan altar seorang diri hanya untuk dipermalukan, Alice memutuskan pindah ke Birmingham demi menata hidup baru. Tidak disangka takdir kembali mempertemukannya dengan Dastan Lancaster, sang mantan kekasih, yang sempat menghilang tanpa kabar dua tahun lalu. Cinta lama yang masih belum usai di antara mereka lagi-lagi tumbuh dan Alice tidak kuasa menepis pesona sang presdir yang mendadak melamarnya di depan semua orang. Akankah pernikahan bahagia yang pernah dibayangkan oleh Alice kemudian terwujud kala dia menerima cincin yang disodorkan Dastan padanya?
Logan Caldwell punya semua sifat yang Amanda Fletcher benci. Pria itu dingin, dominan, dan perfeksionis dalam setiap hal. Namun, antipati yang semula mengisi dada Amanda mendadak berubah menjadi rasa asing yang lain selepas mereka terlibat dalam hubungan cinta satu malam. Sebuah masalah baru muncul sewaktu mereka kembali bertemu keesokan harinya sebagai dosen dan mahasiswi di dalam kelas seni yang Logan ajar. Akankah kebekuan yang melapisi hati Logan mencair di hadapan Amanda atau mereka justru akan menolak takdir dan berlindung di balik ego masing-masing?
Kisah cinta penuh lika-liku Adam Ford dan Angelina Wilson itu berawal dari jebakan sang CEO dingin yang menginginkan Angelina agar melahirkan seorang pewaris untuknya. Hubungan itu akan berlangsung selama dua tahun sesuai dengan perjanjian tertulis yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak. Setelah berbulan-bulan berlalu, Angelina yang tak kunjung hamil pun dicap sebagai wanita mandul dan didepak Adam dari kediaman keluarga Ford. Namun, tujuh tahun kemudian takdir kembali mempertemukan mereka dalam benang nasib bersama seorang bocah tampan di samping Angelina yang sangat identik dengan diri pria itu. Akankah tabir tentang anak tersebut terungkap di hadapan Adam?
Setelah malam yang penuh gairah, Viona meninggalkan sejumlah uang dan ingin pergi, tetapi ditahan oleh sang pria. "Bukankah giliranmu untuk membuatku bahagia?" Viona, selalu menyamar sebagai wanita jelek, tidur dengan om tunangannya, Daniel, untuk melarikan diri dari pertunangannya dengan tunangannya yang tidak setia. Daniel adalah sosok yang paling dihormati dan dikagumi di kota. Kabar tentang petualangan romantisnya beredar, beberapa mengatakan mereka melihatnya mencium seorang wanita di dinding dan yang lain menyebutnya gosip. Siapa yang bisa menjinakkan hati Daniel? Kemudian, yang mengejutkan, Daniel ketahuan membungkuk untuk membantu Viona mengenakan sepatu, semata-mata demi mendapatkan ciuman darinya!
Ketika Nadia mengumpulkan keberanian untuk memberi tahu Raul tentang kehamilannya, dia tiba-tiba mendapati pria itu dengan gagah membantu wanita lain dari mobilnya. Hatinya tenggelam ketika tiga tahun upaya untuk mengamankan cintanya hancur di depan matanya, memaksanya untuk meninggalkannya. Tiga tahun kemudian, kehidupan telah membawa Nadia ke jalan baru dengan orang lain, sementara Raul dibiarkan bergulat dengan penyesalan. Memanfaatkan momen kerentanan, dia memohon, "Nadia, mari kita menikah." Sambil menggelengkan kepalanya dengan senyum tipis, Nadia dengan lembut menjawab, "Maaf, aku sudah bertunangan."
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Li Mei terbangun dan menyadari bahwa dia tidak sedang berada di rumahnya. Di mana ini? Bukankah tadi dia terjatuh dari tangga? Kenapa dia tidak berada di rumah sakit dan malah berada di dalam rumah reyot seperti ini? Dan … siapa pula laki-laki tampan yang tidur di sebelahnya ini? "Kalau kamu sudah tidak tahan dengan pernikahan kita, tunggulah beberapa hari lagi. Aku pasti akan menceraikanmu. Jangan berusaha bunuh diri lagi," ucap Bai Changyi menatapnya dengan muram. Bercerai? Kenapa dia mau bercerai dari suami yang tampan seperti ini? Bai Chanyi menatapnya dengan kebingungan? Bukankah perceraian adalah hal yang paling Li Mei inginkan selama ini? "Aku tidak ingin bercerai, aku hanya ingin menjadi kaya!" Bisakah Li Mei mewujudkan impiannya untuk menjadi seorang pengusaha kaya di era kuno bersama suaminya? IG : @summerrainwriter FB : Summer Rain
Pada hari ulang tahun pernikahan mereka, simpanan Jordan membius Alisha, dan dia berakhir di ranjang orang asing. Dalam satu malam, Alisha kehilangan kepolosannya, sementara wanita simpanan itu hamil. Patah hati dan terhina, Alisha menuntut cerai, tapi Jordan melihatnya sebagai amukan lain. Ketika mereka akhirnya berpisah, Alisha kemudian menjadi artis terkenal, dicari dan dikagumi oleh semua orang. Karena penuh penyesalan, Jordan menghampirinya dengan harapan akan rujuk, tetapi dia justru mendapati wanita itu berada di pelukan seorang taipan yang berkuasa. "Ayo, sapa kakak iparmu."
Jasmine memiliki profesi sebagai model yang mengandalkan sang kakak atau tepatnya anak dari mantan suami. Kedekatan mereka membuat hubungan yang diluar kendali hingga akhirnya kehadiran Lilo menghentikan kegiatan mereka dan membuat sang kakak marah. Sica yang lahir dibuang oleh sang ibu meski akhirnya bersama memiliki hubungan dengan tetangganya yang dulu pernah disukainya hingga akhirnya kehadiran Rannu membuat Sica berantakan. Apa yang akan dilakukan oleh Sica dan Jasmine nantinya? Akankah memilih jalan benar atau tetap sama? cerita ini adalah anak-anak dari cerita sebelumnya