ngar lirih. Ia merasa bingung
Kamu nggak kange
ul ketika melihat bapaknya. Rasa benci seakan tak bisa di bunuhnya.
orang bapak. Tapi bapakku sepertinya udah lupa
dalam lagi soal bapaknya. Ta
ilik Akbar dan siap membacanya. Ia membuang pikirannya tentang bapak. Ia h
ana. Luka yang tak pernah ku rasakan.
tapi ada apa denganmu? Kenapa seolah kau me
enyemangat dalam hidupku? tolong jangan rusak jiwa ini.
ngan penuh rasa
an pandangan
u?" tanya Akbar deng
a melihat kesedi
ada apa dengan papa kamu?" tanya Riri selembut mungki
ita lain." kata Akbar dengan
elalak mendenga
gat baik. Nggak mungkin papa kamu berbuat kaya gitu." Riri merasa sedikit ke
ku melihat perempuan itu masuk ke dalam mobil papa dan mereka berdua melakukan hal layaknya suami istri. Disitu aku marah banget. Hati aku sakit. Malam i
n dengan menggebu-gebu. Sebagai seorang wanita. Ia merasa kesal jika ada d
dengan tegas. Ia tidak mau menyakiti hati mamanya. N
Riri saat itu juga. Baru kali in
awab Akbar tanpa membalas nada tinggi Ri
kitin mama kamu sendiri. Mama kamu hidup dalam kepalsuan cinta papa kam
aku. Aku bingung, Ri." Akbar m
aku peduli sama kamu. Makannya aku kasih sara
ingin tahu seberapa besar pedulinya dia sama Aku, mama dan Bintang." ucap Akbar dengan sorot ma
a mama kamu. Mencintai mama kamu dengan tulus." Kata Riri sangat berharap keluarga Akbar bisa harmonis seperti dulu. Pasalnya i
setelah percakapan penuh api yang terjadi. Adza
engan lirih. Ia kehilangan sedikit tena
an malam ya. Soalnya laper banget nih. Habis sholat maghrib aku mau langsung ngambil jata
nyerahkan kertas puisi milik Akba
lan bersama kemudian melewati jalan yang b
di ada bapak-bapak yang nyari kamu. Katanya
delik tak habis pikir deng
ya gimana?" Riri
tinggi dan nggak gemuk. Tadi bapak itu pake jaket." kat
bilang apa sa
n dia menjawab kalo besok akan kesini buat menem
ergi naik becak?" t
caknya sendiri." jawab C
u sempet ngliat dia. Tapi aku cuma bisa
amu nggak
ia rasanya luka yang dulu muncul. Kelakuan kasar bapak pada ibu seketika mu
kabar kamu. Mungkin juga dia pengin minta maaf sama
kan itu bisa menjadi kenyataan
ib dulu." ajak Cahaya merangkul
i masuk ke toilet. Ia menangis sejadinya. Ia merasa hari ini penuh dengan emosi