a Wi
ub
ahu apa yang
. Ayo, kita perg
ng keras kepala di hari
sedih jika melihat ka
ni
dan tidak bersuara, Ruby Marion ak
, lain kali, jangan pernah m
h membujuk lebih dari lima belas menit di
dikku-di seberang
berhasil membuj
a sa
tuk mengakhiri panggilan telepon secara sepihak. Bergegas m
s. Bahkan langit pun ikut bers
rak sesuatu di depan. Oh, bukan! Maksudku, ada ya
berbaring di depan mobil. Mengenakan kaus lengan
u untuk memeriksa keadaa
walau secara tidak langsung. Dia bukan sedang menodongkan mu
epat masuk kembali ke mobilmu d
iku lemas ketika melihat senjata apinya yang mengarah padaku, aku berusaha
ria bermasker, sambil berusaha mencari bantuan lewat c
al
mun aku berhasil melajukan kembaementara pikiranku berkelana. Menyadari seketika bahwa aku tidak bisa meng
senjata api. Bagaimana jika dia menembakku,
kanan
gar suaranya. Bahkan kemudian, aku tidak sadar e
berbatu kerikil dengan
ng, membuatku tersentak. Hampir saja aku menghen
iraukan apa pun. Antarkan saja aku ke
ya, aku aman karena dia memiliki senjata api
n dan berbatu. Bahkan yang tadinya gerimis tipis
aukan apa pun. Terobos saja sungai dangkal berbatu di depan sana.
at dia sedang memerintahkan ini dan itu padaku, pria ini terus saja mengarah
h mengejutkan, ketika sungai dangkal
ya sudah ada di belakangku. Dekat telinga
karena jenis mobil yang kukend
is SUV milikku ini memang
uatku refleks menoleh ke belakang. Napask
kulihat dia mengeluarkan sete
ripsikan pria ini. Padahal, jalanan berbatu seperti yang
di kehidupan nyata!
l dengan dasar yang tidak menentu itu. Kelega
isa? Padahal, ini bukan s
itu." Suaranya terdeng
ukar? Dia ini buronan yang butuh t
lam sedik
memang luar biasa. Sampai-sampai dia menjadi sa
an mob
na tertutup semak-semak yang tingginya nyaris dua meter. Bahkan suara hujan deras yang
itemukan oleh binatang buas dar
eka bagi orang biasa tan
di sini selama
elihatnya yang sudah kemb
ku harus menghub
ia dewasa yang mungkin lebih cocok kupanggil 'paman' daripada 'kakak'
i gurat lembut sedikit pun, di wajah seriusnya itu
cinta film dengan gen
. Hanya terus mengamatiku.
mendengar um
san, kala
bahasamu. Kau mel
nselmu padaku. Kita tidak bo
. "Mereka tidak mengena
Nona. Nyawamu
ingga kuturuti saja. Jariku mulai mengetik, sementara
nselku padanya. Tentu saj
pi pria di sampingku ini memintaku tidak bersuara. Dia sedang coba mende
mi ket
tidak karuan saat dia mendekatkan wajahny
. Kau harus menyetir lagi. Le
gguk. Tanganku siap menyalakan mesin mo
ang. Tunggu a
ngan urat yang menonjol di sana sini. Tubuhnya tidak terlalu terbentu
un pria ini jelas sudah tidak bernia
irik si pria yang terus sibuk melaku
ati, dia membuka pintu, lalu kel
au ke
emu. Dia memberi isyarat dengan ta
belum juga kembali. Suara semak-semak seseka
ini dia sudah berlari menjauhi tempa
turun dari mobilku dengan perlahan, hati-hati. Semak
tu langkah, tanganku sudah ditarik dari arah samping. Aku
ekspresinya siap m
obil sisi samping. Dia mendorongku cukup
" Dia bertanya setengah berbisik, setengah meng
tanpa kepastian. Aku ragu kau akan kembali.