Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / MAIN HATI
MAIN HATI

MAIN HATI

5.0
46 Bab
5.5K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Dev dan Lila terjebak dalam suatu hubungan yang rumit dan tidak pernah bisa mereka pertanggungjawabkan. Ke manakah kebersamaan itu akan berakhir?

Bab 1 Chapter 1

-Lila Winter

"Ruby!"

Kuharap dia tahu apa yang dilakukannya.

"Ruby, keluarlah. Ayo, kita pergi ke pemakaman."

Sepertinya, hanya dia yang keras kepala di hari kematian ibunya sendiri.

"Bibi Esther akan bersedih jika melihat kau tidak ada di sana."

Hening.

Walau dia ada di dalam, bersembunyi dan tidak bersuara, Ruby Marion akan terus keras kepala hingga akhir.

"Okay. Jika itu maumu. Nanti, lain kali, jangan pernah mengeluh menyesal di depanku."

Tetap tidak ada jawaban apa pun. Aku sudah membujuk lebih dari lima belas menit di sini. Itu melelahkan bagiku. Cukup sudah!

"Bagaimana?" Ray-adikku-di seberang terdengar gelisah.

Dia saja tidak berhasil membujuk, apalagi aku.

"Sama saja."

Helaan napas Ray terasa nyaring di telingaku. Kuputuskan untuk mengakhiri panggilan telepon secara sepihak. Bergegas masuk ke mobilku yang berada tepat di pekarangan rumah Ruby.

Gerimis mulai turun tipis-tipis. Bahkan langit pun ikut bersedih atas kepergian bibi Esther.

Kuinjak rem mendadak, ketika rasanya nyaris menabrak sesuatu di depan. Oh, bukan! Maksudku, ada yang tiba-tiba melompat cari mati ke depan mobilku.

Kulihat seorang pria berada dalam posisi setengah berbaring di depan mobil. Mengenakan kaus lengan pendek hitam, topi dan masker yang berwarna sama.

Segera berjongkok tubuhku untuk memeriksa keadaannya. "Hei, kenapa kau-"

Dia mengeluarkan pistol. Tiba-tiba sekali. Mengarah padaku, walau secara tidak langsung. Dia bukan sedang menodongkan mulut benda itu ke kepalaku, tapi mengarahkannya lurus padaku.

"Ikuti saja perintahku, Nona. Cepat masuk kembali ke mobilmu dan biarkan aku ikut bersamamu."

Walau terasa seperti ada sesuatu yang menghantam diriku, membuat kedua kakiku lemas ketika melihat senjata apinya yang mengarah padaku, aku berusaha tampak kuat. Seperti yang biasa kulakukan. Meski situasinya jauh berbeda.

Aku sudah berada di balik kemudi. Menunggu arahan si pria bermasker, sambil berusaha mencari bantuan lewat cara apa pun yang memungkinkan dan yang bisa kupikirkan.

"Jalan."

Meski kedua tanganku gemetar, namun aku berhasil melajukan kembali mobilku dengan baik di jalanan.

Aku tidak berusaha meliriknya sama sekali. Hanya fokus menatap ke depan. Sementara pikiranku berkelana. Menyadari seketika bahwa aku tidak bisa menghadiri pemakaman bibi Esther. Sudah terlambat lebih dari tiga puluh menit!

Gila. Aku duduk bersebelahan dengan pria bersenjata api. Bagaimana jika dia menembakku, lalu membuangku ke sungai untuk menghilangkan-

"Belok kanan, Nona."

Akh, hampir saja aku mati terkejut karena mendengar suaranya. Bahkan kemudian, aku tidak sadar entah sejak kapan dia sudah melepaskan maskernya.

Jalan yang dilalui mulai berbatu kerikil dengan lubang kecil di sana sini.

Suara tembakan yang datang tiba-tiba dari belakang, membuatku tersentak. Hampir saja aku menghentikan mobilku, jika pria itu tidak mengingatkanku.

"Fokus! Tetap menyetir, Nona. Jangan hiraukan apa pun. Antarkan saja aku ke tempat tujuanku, agar kau bisa selamat!"

Bentakannya malah membuatku tenang. Setidaknya, aku aman karena dia memiliki senjata api di tangannya. Asal bukan pistol mainan saja.

Jalanan semakin menguji nyali. Turunan yang licin dan berbatu. Bahkan yang tadinya gerimis tipis-tipis, kini sudah berganti menjadi hujan deras.

"Aku akan pindah ke belakang. Terus fokus mengemudi, tanpa menghiraukan apa pun. Terobos saja sungai dangkal berbatu di depan sana. Jangan berhenti sebelum aku memerintahkan itu padamu. Kau mengerti?"

"Ya." Berusaha untuk hanya fokus pada jalanan yang nyaris rusak, aku tahu saat dia sedang memerintahkan ini dan itu padaku, pria ini terus saja mengarahkan senjatanya padaku. Meski tidak menodongkan pistolnya tepat ke pelipisku.

Jantungku berdebar begitu hebat. Lebih mengejutkan, ketika sungai dangkal berbatu sudah terlihat di depan mata.

"Jangan ragu," bisiknya. Tiba-tiba suaranya sudah ada di belakangku. Dekat telingaku. "Terobos saja. Kau pasti bisa, Nona."

Sekarang, kupikir dia memilihku karena jenis mobil yang kukendarai. Entah, jika itu salah duga.

Mobil off-road dengan jenis SUV milikku ini memang tangguh di segala medan.

Suara tembakan yang terdengar dekat, membuatku refleks menoleh ke belakang. Napasku tercekat di tenggorokan. Rasanya sesak.

Seperti di film-film action, kulihat dia mengeluarkan setengah tubuhnya keluar jendela.

Tidak sayang nyawa. Itu definisi yang tepat untuk mendeskripsikan pria ini. Padahal, jalanan berbatu seperti yang terlihat, memungkinkan tubuhnya terlempar keluar jendela.

Kembali fokus. Kau di kehidupan nyata! Bukan syuting film.

Dan, yap! Aku berhasil melewati sungai dangkal dengan dasar yang tidak menentu itu. Kelegaan berubah menjadi sesuatu yang menyenangkan.

Aneh, memang. Bagaimana bisa? Padahal, ini bukan situasi di mana aku sedang-

"Masuk ke semak-semak itu." Suaranya terdengar lagi di belakangku.

Setelah sungai, sekarang semak belukar? Dia ini buronan yang butuh tempat persembunyian atau bagaimana?

"Lebih dalam sedikit lagi."

Aku memajukan mobilku perlahan. Kesayanganku ini memang luar biasa. Sampai-sampai dia menjadi saranaku untuk menyusul bibi Esther secepat mungkin.

"Matikan mobilnya."

Segera kulakukan. Aku berusaha bernapas dengan teratur. Keadaan di sekitarku gelap karena tertutup semak-semak yang tingginya nyaris dua meter. Bahkan suara hujan deras yang menimpa mobil terasa menakutkan berkombinasi dengan gesekan daun-daun memanjang runcing.

Rasa-rasanya, aku lebih takut ditemukan oleh binatang buas daripada para penjahat bersenjata.

Padahal, apa bedanya mereka bagi orang biasa tanpa senjata untuk melawan?

"Kita akan diam di sini selama beberapa jam."

Apa? Sontak aku menoleh melihatnya yang sudah kembali ke kursi di sampingku.

"Kalau begitu, aku harus menghubungi keluargaku."

Dia menatapku. Baru kusadari seberapa mengerikan wajahnya itu. Dia pria dewasa yang mungkin lebih cocok kupanggil 'paman' daripada 'kakak' meski wajahnya tidak setua paman Eddie atau paman Winter-ku yang lain.

Mengerikan dalam artian, dia seperti tidak memiliki gurat lembut sedikit pun, di wajah seriusnya itu. Kesannya seolah dia ini pembunuh berdarah dingin.

Ah, ya. Aku memang pecinta film dengan genre action dan thriller.

Dia masih belum menjawabku. Hanya terus mengamatiku. Lalu diam-diam mengumpat.

Hei, aku bisa mendengar umpatanmu, Bro!

"Kirim pesan, kalau begitu."

Okay. Aku mengerti bahasamu. Kau melarangku menelepon.

"Setelah selesai, berikan ponselmu padaku. Kita tidak boleh terlacak oleh siapa pun."

Aku menolak. Jelas saja. "Mereka tidak mengenalku. Bagaimana mungkin-"

"Menurut saja, Nona. Nyawamu itu berharga."

Sejak dulu, aku pihak yang tidak senang berdebat. Sehingga kuturuti saja. Jariku mulai mengetik, sementara dia terus memperhatikan layar ponselku. Aku tahu itu.

Kusodorkan begitu saja ponselku padanya. Tentu saja setelah menonaktifkannya.

Hujan deras seperti menulikan telingaku. Aku tidak mendengar apa pun, tapi pria di sampingku ini memintaku tidak bersuara. Dia sedang coba mendengar sesuatu setelah memperingatiku lewat isyarat jari telunjuk di bibir.

Apa kami ketahuan?

Aku menunggu sambil menahan napas. Semakin tidak karuan saat dia mendekatkan wajahnya padaku. Oh, bukan. Bibirnya ke telingaku.

"Tidak aman. Kita harus pergi. Kau harus menyetir lagi. Lebih fokus lagi. Apa kau siap?"

Memangnya aku punya pilihan? Aku mengangguk. Tanganku siap menyalakan mesin mobil, ketika tangannya mencegah gerakanku.

"Jangan sekarang. Tunggu aba-aba dariku."

"Oh, okay." Aku melihat tangannya yang bertumpu di tanganku. Kokoh dengan urat yang menonjol di sana sini. Tubuhnya tidak terlalu terbentuk, tapi kupikir, lebih bagus dari paman-pamanku yang seperti raksasa.

Hujan kian mulai berangsur reda. Namun pria ini jelas sudah tidak berniat sama sekali untuk memberiku aba-aba.

Gawat bila aku tertidur di sini. Kulirik si pria yang terus sibuk melakukan pengintaian lewat pendengarannya.

Dengan gerak perlahan dan hati-hati, dia membuka pintu, lalu keluar dari mobil dengan hati-hati.

Dia mau ke mana?

Tatapan kami tiba-tiba saling bertemu. Dia memberi isyarat dengan tangannya, agar aku tetap di tempatku.

Hujan sudah benar-benar reda, tapi pria itu belum juga kembali. Suara semak-semak sesekali terdengar bergesekan karena tertiup angin.

Apa dia menipuku? Mungkin saja saat ini dia sudah berlari menjauhi tempat ini. Menyelamatkan dirinya sendiri.

Merasa perlu bertindak dan menyaksikan sendiri, aku turun dari mobilku dengan perlahan, hati-hati. Semak-semak ini sedikit luas dengan keadaan yang mencekam.

Hanya bermodal nekat, aku coba keluar dari semak. Baru satu langkah, tanganku sudah ditarik dari arah samping. Aku sungguh berharap bahwa yang melakukannya itu, pria tadi.

Memang dia. Namun ekspresinya siap membunuhku saat ini.

Punggungku terasa sakit menabrak badan mobil sisi samping. Dia mendorongku cukup kuat. Berengsek memang! Ini sakit sekali.

"Kau mau mengantarkan nyawamu dengan suka rela?" Dia bertanya setengah berbisik, setengah menggeram. Marah, matanya berkilat penuh kemarahan.

"Kau terlalu lama meninggalkanku seorang diri tanpa kepastian. Aku ragu kau akan kembali. Jadi, aku memeriksa keadaan untuk memastikan."

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 46 Chapter 46   04-28 17:30
img
1 Bab 1 Chapter 1
21/02/2024
2 Bab 2 Chapter 2
21/02/2024
3 Bab 3 Chapter 3
21/02/2024
4 Bab 4 Chapter 4
21/02/2024
5 Bab 5 Chapter 5
21/02/2024
6 Bab 6 Chapter 6
21/02/2024
7 Bab 7 Chapter 7
21/02/2024
8 Bab 8 Chapter 8
21/02/2024
9 Bab 9 Chapter 9
21/02/2024
10 Bab 10 Chapter 10
21/02/2024
11 Bab 11 Chapter 11
02/03/2024
12 Bab 12 Chapter 12
02/03/2024
13 Bab 13 Chapter 13
02/03/2024
14 Bab 14 Chapter 14
02/03/2024
15 Bab 15 Chapter 15
02/03/2024
16 Bab 16 Chapter 16
08/03/2024
17 Bab 17 Chapter 17
12/03/2024
18 Bab 18 Chapter 18
12/03/2024
19 Bab 19 Chapter 19
12/03/2024
20 Bab 20 Chapter 20
12/03/2024
21 Bab 21 Chapter 21
15/03/2024
22 Bab 22 Chapter 22
15/03/2024
23 Bab 23 Chapter 23
16/03/2024
24 Bab 24 Chapter 24
16/03/2024
25 Bab 25 Chapter 25
17/03/2024
26 Bab 26 Chapter 26
18/03/2024
27 Bab 27 Chapter 27
18/03/2024
28 Bab 28 Chapter 28
18/03/2024
29 Bab 29 Chapter 29
18/03/2024
30 Bab 30 Chapter 30
20/03/2024
31 Bab 31 Chapter 31
24/03/2024
32 Bab 32 Chapter 32
24/03/2024
33 Bab 33 Chapter 33
26/03/2024
34 Bab 34 Chapter 34
26/03/2024
35 Bab 35 Chapter 35
26/03/2024
36 Bab 36 Chapter 36
28/03/2024
37 Bab 37 Chapter 37
28/03/2024
38 Bab 38 Chapter 38
28/03/2024
39 Bab 39 Chapter 39
07/04/2024
40 Bab 40 Chapter 40
07/04/2024
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY